Sejak Awal Adam “Diplot” Turun ke Bumi, Tapi Kenapa Harus Mampir Surga?
Prof Quraish Shihab |
Sejak
Awal Adam “Diplot” Turun ke Bumi, Tapi Kenapa Harus Mampir Surga?
---
AGAMA adalah hubungan. Hubungan antara manusia dengan Tuhan. Demikian kata salah satu
pemuka agama ternama di Indonesia -- Prof Quraish Shihab.
Bagaimana
lahir hubungan tersebut?
“Kita
lihat. Pakar-pakar membahas begini. Apa benih lahirnya agama? Kenapa orang
beragama?”
Itu
bermacam-macam pendapat. Ada yang masuk di akal. Ada yang tidak masuk di akal.
Freud
menyelidiki agama yang tertua adalah menyembah leluhur. Kenapa orang menyembah
leluhur? -- yang kemudian dinamakan Oedipus Complex.
Ada
seorang anak. Punya ibu cantik. Ayahnya juga masih hidup.
Dalam
hidupnya, anak ini jatuh cinta pada ibunya. Dia ingin hubungan birahi
dengannya. Tapi ada ayahnya. Kemudian anak itu membunuhnya.
Begitu
setelah membunuh, dia menyesal. Maka dia sembah ayahnya.
“Ini
tidak masuk di akal. Orang sakit jiwa, dijadikan dasar untuk berkata beragama.”
Lalu
ada lagi. Salah satu yang paling populer adalah: agama itu lahir karena rasa
takut.
“Ini
dari satu sisi ada benarnya,” tandas cendekiawan yang bertitel komplit ini: Prof. Dr. AG. KH. Muhammad Quraish
Shihab Lc., M.A.
Lalu.
Semakin usianya tua, semakin beragama. Kenapa dia beragama? Karena
takut mati.
Semakin dekat ujian, mahasiswa semakin rajin shalat. Kenapa rajin shalat? Karena takut tidak lulus.
Semakin dekat ujian, mahasiswa semakin rajin shalat. Kenapa rajin shalat? Karena takut tidak lulus.
“Ada
benarnya itu. Rasa takut mendorong orang lantas mendekatkan kepada Tuhan,”
jelasnya dalam channel Youtube
Quraish Shihab.
Tetapi
kalau pun itu benar, sebenarnya ada sesuatu yang lebih dalam dari rasa takut -- penjelasan ada di bawah.
Apakah Adam Terusir dari Surga?
Prof
Quraish Shihab menjelaskan tentang lahirnya agama.
Di
surga ada agama atau tidak?
Jawabnya: Tidak ada. Di surga juga tidak wajib shalat.
Jawabnya: Tidak ada. Di surga juga tidak wajib shalat.
“Itu
(shalat) untuk di dunia memelihara Anda. Di surga tidak wajib.”
Dijelaskan,
waktu Adam sebelum diciptakan, sudah dinyatakan oleh Allah: bahwa dia akan
diturunkan ke bumi.
“Sudah
ditetapkan atau tidak?”
“Sudah,”
jawabnya.
Kalau
kemudian berada di surga lalu diturunkan ke bumi, apakah Adam terusir dari
surga?
“Berarti
dia tidak terusir dong? Dia tidak terusir. Iya kan? Kan memang sejak semula.
Sebelum dia (Adam) dicipta sudah disuruh turun ke bumi. Allah menciptakan Adam.
Tapi dia suruh dulu tinggal di surga, supaya dia lihat bagaimana itu surga,”
jelasnya.
Saat
di surga, Adam sudah diberi rambu-rambu -- agar tidak mendekati hal yang
dilarang.
“Dia
sudah kenal Tuhan. Disuruh tinggal di surga.”
Di
surga, Adam sudah diberi banyak fasilitas, termasuk rasa bahagia. Makan banyak.
Minuman ada. Pakaian lengkap.
Di surga juga, Allah mengingatkan Adam. Hai Adam. Itu musuhmu -- iblis/setan.
"Hai
Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu.”
Maka,
sekali-kali janganlah sampai Tuhan mengeluarkannya dari surga -- yang
menyebabkan menjadi celaka.
Di
dalam Al-Quran Surat At Taha 117 dijelaskan. Intinya:
Hai
Adam. Jangan sampai musuh kamu ini, menjadi sebab keluarnya kamu dan istrimu
dari surga.
Yang
perlu diingat. Di surga, Adam tidak lapar -- karena makanan banyak. Adam tidak
haus -- karena minuman tersedia.
Adam juga tidak telanjang -- karena pakaian beraneka ragam. Adam tidak akan disengat oleh panasnya matahari -- karena ada lindungan, ada rumah.
Adam juga tidak telanjang -- karena pakaian beraneka ragam. Adam tidak akan disengat oleh panasnya matahari -- karena ada lindungan, ada rumah.
Di
tempat lain dikatakan dalam Surat Al Waqiah Ayat 26. Intinya:
Di
surga tidak ada hal yang tidak berguna. Tidak ada dosa. Yang ada hanya salaman-salaman -- damai-damai.
Tapi
Adam melanggar. Akhirnya: Hai Adam, turun kamu bersama istrimu ke bumi.
“Kita
bertanya. Kita lihat ini filosofinya.”
Allah
menetapkan Adam tinggal di surga. Surga itu dijadikan Tuhan sebagai target
untuk melaksanakan tugasnya di bumi.
“Seakan-akan
Allah berkata. Ciptakan di bumi bayang-bayang surga. Manusia harus bekerja
dengan sungguh-sungguh. Sehingga, tersedia sandang, pangan, dan papan.”
Kebutuhan
pokok manusia harus tersedia di bumi. Itu tugas.
“Karena
di surga hanya kedamaian, dan kedamaian, dan kedamaian, maka ciptakan di bumi
ini kedamaian.”
Waktu
dia turun ke bumi belum ada agama.
Di
dalam Surat Al-Baqorah Ayat 38:
“Turunlah
kamu semua ke bumi dari surga,” jelas Quraish Shihab.
Kalau
datang petunjuk-Ku, ikuti petunjuk-Ku.
“Waktu
itu sudah datang atau belum? Belum. Kapan datangnya? Nah ini proses lagi.”
Turun ke Bumi Menemukan Tiga Hal
“Di
Islam itu, waktu turun ke bumi ini, dia menemukan tiga hal.”
(Ketiga hal ini melebihi rasa takut -- seperti yang dijelaskan di atas)
(Ketiga hal ini melebihi rasa takut -- seperti yang dijelaskan di atas)
Yang
pertama kebenaran.
Semuanya
dia lihat benar. Misalnya, saat lari-lari, maka muncul keringat di tubuh,
termasuk di bagian kepala.
Kenapa ada alis ya? Ternyata menahan keringat tadi agar tidak mengenai mata -- melindungi mata. Yang ditemukan kebenaran.
Kenapa ada alis ya? Ternyata menahan keringat tadi agar tidak mengenai mata -- melindungi mata. Yang ditemukan kebenaran.
Yang
kedua kebaikan.
Dia
jalan kepanasan, ada angin sepoi-sepoi. “Aduh enaknya. Baik benar (sangat baik)
angin ini.”
Dia
jalan kehausan. Dia temukan telaga air. “Dia minum. Baik benar (sangat baik) ini.”
Yang
ketiga ditemukan adalah keindahan.
Memandang
ke langit. Aduh indahnya bintang-bintang. Melihat matahari terbenam -- indahnya. Melihat
matahari -- indah. Melihat mawar -- indah.
Indahnya
semua ini.
“Ketika
menemukan ini semuanya, dia mendapati berkekurangan atau tidak langgeng.”
Bunga
mawar indah. Tapi perlahan keindahannya akan hilal karena layu. Bintang bagus,
lama-lama sesuai waktunya tidak kelihatan -- hilang.
“Maka
dia mencari apa yang paling baik. Paling benar. Paling indah dan langgeng.”
Ketika
dia mencari yang baik -- lahir akhlak.
Ketika mencari yang indah atau mengekpresikan yang indah -- lahir seni.
Ketika dia mencari yang benar -- lahir ilmu.
Ketika mencari yang indah atau mengekpresikan yang indah -- lahir seni.
Ketika dia mencari yang benar -- lahir ilmu.
“Cari
ilmu, berbuat baiklah supaya berakhlak. Tampilah dengan indah supaya kamu
menemukan. Ketika dia menemukan Allah, dia mulai berhubungan dengan Allah.”
Dan
ketika itu juga dia teringat, masa-masa indah ketika ada di surga.
Beragama
dia: mencari yang indah, yang baik, yang benar baru kemudian terciptalah
peradaban.
Allah
menghendaki adanya peradaban di bumi ini. "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."
Bangun
peradaban yang terdiri dari tiga hal itu.
Manusia
ini terdiri dari jasmani dan rohani. Rohaninya terdiri dari akal dan jiwa.
“Dengan
akalnya dia berfikir. Ada ini. Ada ini. Ada ini. Pada akhirnya dia berkata. O
ini pasti ada Tuhan.”
Dengan
ruhnya, dia rindu kepada Tuhan. Maka dalam keberagamaannya, dia menggunakan
akalnya sekaligus dia rindu kepada Tuhan.
Jalaluddin
Ar-Rumi bekata begini, sebenarnya manusia dengan ruhnya itu seperti seruling
bambu. Bunyinya dia gambarkan sebagai orang menangis. Kenapa dia menangis? Dia
rindu ke asalnya.
Jadi
dalam membangun peradaban ini, jangan sekali-kali melepaskan ruh.
“Jadi
dia menemukan Tuhan, Dia-lah yang paling sempurna. Dia-lah yang paling benar.
Dia-lah yang paling indah, dan dia berusaha untuk mencontohnya, mencotohi Tuhan.”
“Jadi
beragama itu adalah upaya mencontohi sifat-sifat Tuhan,” tutup Quraish Shihab. (titahkita.com)
Tinggalkan Pesan di Kolom Komentar
Tinggalkan Pesan di Kolom Komentar
SHARE KONTEN DAKWAH BERPAHALA
“Barang siapa yang menunjuki kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya." HR. Muslim no. 1893
0 Response to "Sejak Awal Adam “Diplot” Turun ke Bumi, Tapi Kenapa Harus Mampir Surga?"
Post a Comment