Cak Nun Beberkan 11 Kunci Sehat, yang Kesembilan jangan Terlewatkan - TitahKita.com -->

Cak Nun Beberkan 11 Kunci Sehat, yang Kesembilan jangan Terlewatkan


Cak Nun
Cak Nun Beberkan 11 Kunci Sehat, yang Kesembilan jangan Terlewatkan
---
DI tengah wabah corona yang melanda sebagian besar negara-negara di dunia, termasuk di Indonesia, sepertinya tidak ada salahnya jika menilik nasihat – nasihat kesehatan dari Cak Nun atau Emha Ainun Nadjib.



Dengan nada jelas, Cak Nun memberikan pitutur yang gamblang dan mendalam.

Berbaju putih lengan panjang, pria yang melekat dengan Kyai Kanjeng ini, memberi nasihat dalam sebuah catatan khusus.

Dalam keterangannya, Cak Nun tak lupa mengawali dengan basmalah dan memberi salam kepada kita semua.

“Bismilahirohmannirohim. Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh.”

Dulur-dulur semua, saya diamanati untuk mengungkapkan hal-hal yang menyangkut kesehatan hidup kita. Itu tidak berarti saya adalah yang paling sehat diantara kita semua.”

Lantas Cak Nun mengungkapkan rasa syukur atas nikmat kesehatan dan kasih sayang dari Allah.

“Tapi tidak berarti sayalah yang paling pantas ngomong apa-apa tentang kesehatan. Karena mungkin saja orang yang paling tahu kesehatan adalah orang yang sakit,” kata Cak Nun dalam channel Youtube CakNun.com.

Jadi. Tolong, yang penting apa yang diungkapkan tidak usah dipertimbangkan. Apakah saya sehat atau sakit?

Ini amanat saya jalankan, supaya saya tidak ngomong ngawur dan melebar-lebar. Saya bikin catatan sebanyak 11 poin. Mengenai kesehatan sejauh yang saya ingat ketika menulis ini,” kata Cak Nun sambil memegang selembar kertas berisi goresan-goresan pena.

Pertama

Hidup sehat atau kesehatan hidup, itu merupakan gabungan antara kesehatan jiwa, kesehatan badan, dan kesehatan hubungan manusia dengan Tuhan.

Gabungan itu artinya dia bersifat dialegtis, terkait satu sama lain

Serta bersifat komprehensif atau saling mendukung satu sama lain, diantara unsur-unsur badan atau jasad dengan jiwa atau rohani, dengan posisi hubungan manusia atau makhluk apapun, siapapun dengan Tuhan.

“Itu prinsip dasarnya.”

Tuhan adalah yang bikin manusia, yang bikin rohani dan jasadnya, serta memberi ketetapan tentang suatu sistem kehidupan. Yang hasilnya adalah hidup sehat.

(Untuk sehat perlu tingkatkan imun: klik sini)

Oleh karena itu, ketergantungan makhluk, untuk sehat atau tidak sehat, itu nomor satu ada pada yang menciptakannya. Yaitu, Allah SWT.

Kedua

Oleh karena prinsip dasar seperti itu, maka kesehatan jasad tidak bisa berdiri atau bekerja sendiri. Ia berposisi saling tergantung dengan kesehatan jiwa atau rohani, serta dengan sehatnya hubungan manusia dengan Tuhan -- dari hari ke hari.

“Kita tahu ilmu kesehatan modern sangat rajin meneliti dengan seksama hal-hal yang menyangkut kesehatan jasad. Ada juga sedikit ditemukan kaitannya dengan kesehatan psikologi atau psikis. Tetapi, tidak sampai pada spektrum kesehatan rohani. Dimana Tuhan disadari sebagai pangkal ujung sehat dan sakitnya semua makhluk. Termasuk kita semua.

Khusus untuk mengenali posisi Tuhan. Tuhan itu memiliki hak mutlat atas sehat atau sakitnya apa saja yang Ia ciptakan.

Tuhan tidak berpihak kepada sehatnya manusia berdasarkan konsep manusia tentang sehat.

Sehat dan sakit, menurut Tuhan berbeda, atau sangat berbeda, atau bahkan bisa sangat terbalik dibanding sehat dan sakit menutur ilmu kita, menurut keperluan dan kepentingan manusia.

Ketiga

Kesehatan di mata Tuhan adalah keberadaan manusia di dalam kepatuhannya kepada kehendak-Nya. Maka, kepahaman atas kesehatan manusia bisa berbalik dari konsep kesehatan menurut Tuhan.

Keempat

Ada kemungkinan-kemungkinan yang mungkin tidak terbatas jumlahnya. Tuhan bisa memberi sakit kepada manusia. Tapi, fungsinya pada penyehatan jiwa.

Tuhan memberi sakit atau penyakit kepada manusia. Maksud atau posisinya bisa saja sebagai ujian, atau pendidikan, atau peringatan, atau mungkin hukuman.

Sebaliknya. Tuhan memberi sehat kepada manusia juga bisa merupakan ujian, pendidikan, peringatan atau hukuman.

“Jadi sehat dan sakit menurut kita ternyata bisa sangat terbalik dengan sehat dan sakit menurut Tuhan. Tergantung kita bisa menemukan ndak. Latar belakang kenapa Tuhan bikin kita sakit? Kenapa Tuhan beri kita sehat?”

Sakitnya manusia bisa membuat bersikap rendah hati dan sadar ketergantungannya kepada Tuhan.

Sementara sehatnya manusia bisa merupakan semacam azab bagi manusia. Yang membuatnya sombong dan tergelincir hidupnya.

"Serta kelak tiba di Tuhan, tidak dalam posisi yang seperti Tuhan menghendakinya, ketika Tuhan menciptakan kita semua."

Kelima

Demikian juga konsep Tuhan tentang hidup dan matinya manusia, tidak sama dengan pemahaman kita, dengan pemahaman manusia.

Banyak dialami, banyak kita alami bahwa sakit berlanjut ke kematian. Tetapi juga bisa kematian terjadi tanpa sakit sebagai sebab musabab.

Di dalam konsep Tuhan, hidup dan mati bisa berkait, bisa tidak berkait. Terserah-terserah Tuhan.

Tuhan menghidupkan dan mematikan hanya terkait dengan kehendak-Nya itu sendiri. Tidak harus berhubungan dengan sakit atau tidak sakit.

Hidup dengan selalu menjaga kesehatan tidak harus diartikan supaya awet hidup dan tidak cepat mati.

Yang paling murni dan masuk akal adalah: menjaga kesehatan karena kesetiaan kepada Tuhan -- yang menitipkan jasad dan roh ini kepada manusia dan kita semua.

Keenam

Manusia mencari dan menemukan amat sedikit dari ilmu kesehatan. Tuhan Maha Menguasai keseluruhannya.

Manusia wajib berikhtiar merawat kesehatannya. Tetapi, hakikinya Allah yang mengambil keputusan tentang sehat tidaknya manusia.

Manusia wajib menjalani hidup yang sehat. Tetapi Tuhan berhak menentukan orang yang merawat kesehatannya; diambil nyawanya terlebih dulu, dibanding orang yang berlaku seenaknya terhadap kesehatan hidupnya.

“Itu terserah-terserah Tuhan.”

"Dan kita sebaiknya tidak usah membantah, dan mengabdi dan ikut saja kepada Tuhan."

“Untuk itu tidak ada salahnya, tidak ada gunanya, menyalahkan Tuhan dengan keputusan-Nya. Yang dari sudut kepentingan kita seolah-olah semena-mena dan diktator itu.”

Sebab, setiap kondisi sehat atau sakit di suatu titik, di suatu area, penggalan, atau petak dalam proses kehidupan, baru bisa dinilai kesejatian sehat atau tidaknya kelak, pada momentum tertentu, di alam yang rumusnya adalah konferensi (pertemuan) dunia akhirat sekaligus.

"Kita mengenal hanya mengenal sepetak kecil dari urusan dunia. Dan, kita semua tidak berada pada posisi yang ilmiah untuk mengambil keputusan saat ini juga, mengenai kita sehat atau sakit," jelas Cak Nun yang belakangnya berlatar belakang buku-buku.

Itulah sebabnya manusia tetap memerlukan iman, taqwa, dan tawakal kepada Tuhan -- dalam keadaan sakit maupun sehat.

Semua kondisi ilmu dan pemahaman tentang kesehatan atau apapun saja selalu dimasukkan ke dalam spektrum (keadaan) iman, taqwa, dan tawakal.

“Kalau mau gampangnya ya, sehat ya monggo, sakit ya monggo, asal tetap berada di dalam iman, taqwa, dan tawakal. Ukurannya itu,” tandasnya.


Ketujuh

Manusia meneliti sakit dan sehat, kemudian berikhtiar mengobati. Tetapi, manusia tidak mampu berposisi untuk menyembuhkan.

Manusia menanam benih, Tuhan yang menyemaikan.

Manusia yang berjuang, Tuhan yang menentukan pencapaian atau kegagalan.

Tuhan bisa berlaku sesuai dengan rumus kesehatan manusia. Misalnya menyembuhkan orang yang sakit yang diobati oleh manusia.

Tetapi juga Tuhan berhak melakukan berbagai variasi perilaku yang lain.

Ia bisa tidak menyembuhkan orang yang diobati atau menyembuhkan orang yang tidak diobati.

Tuhan bisa mengabulkan kesembuhan seseorang berdasarkan pengetahuan kedokteran dan farmasi.

Bisa juga tidak menyembuhkannya, atau malah menyembuhkan dengan obat dan sebab yang lain sama sekali, atau bahkan ditentang oleh kedokteran dan farmasi.

Kedelapan

"Kalau dokter, tabib, dukun, atau siapapun disebut menyembuhkan seseorang dari sakitnya, dengan menggunakan obat atau ramuan atau perlakuan yang dikenal baku dan diakui oleh ilmu manusia, mohon izin kesimpulannya bukan ilmu dan obat itu pasti benar."

"Kesimpulan yang lebih waspada adalah Tuhan mengabulkan kesembuhan melalui apa yang diyakini dan dipergunakan oleh dokter atau tabib dan dukun itu.”

Sementara di saat yang lain, Tuhan bisa tidak mengabulkan, atau justru memberi manusia pengalaman. Dimana seseorang menjadi sembuh tidak berdasarkan ilmunya manusia tentang kesehatan dan pengobatan.

“Melainkan ilmu yang tidak dikenal oleh manusia sama sekali.”

Kesembilan

Seseorang yang dekat dengan Tuhan mengeluh.

“Ya Allah sembuhkan perutku.”

Tuhan menjawab.

“Baiklah. Ambil daun itu dan makanlah.”

Belum sampai ia memakan daun itu, perutnya sembuh.

Kemudian ketika perutnya sakit lagi, orang itu langsung mengambil daun itu. 

Ternyata perutnya tidak sembuh-sembuh -- meskipun sudah sekian lembar, daun telah ia makan.

Orang itu memprotes

“Ya Allah, ketika aku sakit perut, Engkau memerintahkanku untuk menyembuhkan pakai daun itu. Kenapa kali ini tidak sembuh perutku?”

Tuhan menjawab.

“Waktu sakit yang pertama, engkau mengeluh dan minta tolong kepada-Ku. Tapi yang kedua, engkau tidak minta tolong kepada-Ku, melainkan langsung mengambil daun itu. Maka perutmu tetap sakit, karena daun dan apapun tidak bisa menyembuhkan sakit perut dan sakit apapun. Yang bisa menyembuhkan dan yang berkehendak menyembuhkan adalah kemauan dan kasih sayang-Ku.”

Kesepuluh

"Oleh karena itu, syarat kesehatan hidupnya manusia ada dua. Yang sebaiknya kita pilih, meskipun kita bisa saja diberikan oleh Tuhan tetap sehat tanpa memiliki keduanya."

Pertama -- memastikan secara permanen dan simultan pemfokusan hati kita kepada Tuhan. Hati kita bertauhid, pikiran kita bertauhid, setiap helaan nafas bertauhid, setiap langkah bertauhid, arah hidup kita bertauhid, pekerjaan kita bertauhid, senang dan susah kita bertauhid, kaya dan miskin kita bertauhid.

Yang kedua -- berpikir hakiki, berpikir sehat, berpikir jujur, berpikir positif, berpikir kompatible dengan kemauan Tuhan.

Roh dan jasad manusia adalah sebuah organisme. Sebuah sistem suatu putaran ekosistem hardware maupun bersama dengan software-nya.

Setiap ketidakjujuran rohani, ketidakjujuran hati dan pikiran akan mengubah manajemen ekosistemik di dalam hidup kita. 

Sehingga, potensial untuk menjadi distruksi, distmanagement, kekacauan, dikonstruksi, atau kekacauan atau kerusakan susunan-susunan, kerjasama di dalam roh, saraf dan jiwa kita, termasuk semua unsur jasad-jasad kita. 

"Sehingga produknya adalah sakit," jelas Cak Nun.

Kesebelas

Maka hidup yang paling potensial untuk sehat adalah menghormati dan patuh kepada hakiki-Nya -- kehendak Tuhan.

Kemudian membuka diri pada setiap kemungkinan pada ilmu manusia yang menyangkut sehat dan sakit.

Tidak ada ukuran ilmu kesehatan modern atau tradisional. Tidak ada acuan-acuan, acuan ini dokter atau dukun atau tabib, atau mungkin orang biasa -- yang dianggap tidak sah dalam kesehatan.

Ukuran yang sejati, dan yang lebih dekat kepada kesehatan, hanyalah kejujuran ilmu kesehatan di tangan atau tidak siapapun, serta sadar ketergantungan kepada kehendak Allah.

“Dari Allah kita hindari amarahnya. Dan kita upayakan dekat kepada kasih sayang-Nya.”

“Ini sudah ditulis dan bisa diperbanyak. Tidak harus dipahami sekarang. Tapi mudah-mudahan setiap yang kita dengarkan, bisa menjadi benih yang tertanam.”

“Sehingga dia akan ditumbulkan oleh Tuhan bersemai, berdaun, berbatang. Kemudian munculah buah-buah kesehatan di dalam hidup kita masing-masing dan semuanya, entah dalam waktu berapa lama, terserah Allah SWT. Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh,” pungkas Cak Nun.

Pesan-pesan tentang kesehatan, dalam video berdurasi 14 menit 42 detik tersebut dipublikasikan pada 30 Januari 2017. Saat menyampaikan hal itu, usia Cak Nun di titik 64 tahun. Nasihat itu ditulis atas permintaan keluarga tertentu. (titahkita.com)

SHARE KONTEN DAKWAH BERPAHALA
“Barang siapa yang menunjuki kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya." HR. Muslim no. 1893

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Cak Nun Beberkan 11 Kunci Sehat, yang Kesembilan jangan Terlewatkan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel