Tubuhmu Adalah Kendaraanmu Menuju Surga
Gus Baha |
Tubuhmu Adalah Kendaraanmu Menuju Surga
---
“GUSTI, melarat kok ra bar-bar. Nduwe bojo wani. Tonggo ora seneng aku. Aku iki awak opo Gusti.”
Demikian ngendikan Gus Baha dalam Bahasa Jawa.
Jika di-Indonesia-kan: Tuhan, miskin tidak selesai-selesai. Punya istri berani (ke suami). Tetangga tidak senang dengan saya. Saya ini orang macam apa Tuhan.
Gus Baha -- Kyai Haji Ahmad Bahauddin Nursalim -- menyimpulkan: perlakuan seperti itu berarti menghujat diri sendiri.
Jadi yang paling menyengsarakan diri adalah diri sendiri.
Sudah tahu kalau miskin kok ingin punya mobil. Pingin hidup enak malah tersiksa.
Itu seperti orang tidak bisa terbang. Tapi mau ke planet Mars.
“Gak bisa terbang yowis. Menikmati hidup di bawah. Alhamdulilah Gusti, gak bisa terbang,” jelasnya.
Kalau bisa terbang, nanti malah keluyuran kemana-mana.
“Ini penting. Semua kesengsaraan ini, karena menuruti hawa nafsu.”
Tidak menuruti hawa nafsu, maka tidak akan sengsara.
"Misalnya saat bertengkar dengan tetanggamu. Tetanggamu mengunjingmu. Lalu kamu menuruti syariatnya Allah."
“Alhamdulilah digunjing tetangga. Dosa saya berkurang. Sudah. Begitu enak.”
Ketika istrimu marah.
“Gusti, katanya kalau jantung tidak di-support itu bikin mati. Alhamdulilah ini ada penggerak jantung (istri marah),” tandas Gus Baha dalam channel Youtube Ngaji Melu Kyai.
“Pokoknya bahagia, hidup harus bahagia.”
BACA JUGA: 100 Persen Laba Milik Mitra HANIYA Fried Chicken, Harga Kaki Lima Kualitas Restoran
Semua itu harus dilihat dari sisi positifnya.
Menurut ulama tasawuf: Bagaimanapun tubuhmu adalah kendaraan untuk menghadap Allah.
“Misal. Saya menyayangi wajah saya. Wajah ini saya pakai untuk sujud padaMu. Tuhan.”
“Tangan saya. Saya tekan ketikan sujud. Lutut, ikut serta dalam sujud.”
Termasuk sifat yang buruk sekalipun. Misal seorang pria punya farji.
“Gusti barokahnya, kulo njimak bojo, kulo gadah turunan. Turunan kulo sok mben, mesti ingin sujud ke Njenengan,”
Dan itu, nabi biasa membicarakan hal itu.
Nabi bukan orang Jogja. Bukan orang Solo. Kalau tidak pantas tidak diomongkan -- ya tidak begitu.
Nabi orang Makkah. Kalau yang benar, meskipun tidak pantas tetap diungkapkan.
“Dalam alat kelamin (maaf) ada sedekah.”
Sampai sahabat bertanya. Bagaimana mungkin urusan seks dapat pahala?
“Kata nabi. Kalau kamu salah tempat bisa maksiat.”
Kalau orang bersenggama dengan istri, niatkan untuk meninggalkan zina. Dan niatkan melahirkan umatnya Rosulullah. Maka, dapat pahala besar.
Artinya semua yang ada di diri kita adalah alat untuk ibadah.
Punya mata -- lihat orang alim sama dengan ibadah sekian tahun.
Punya hidung. Ya diajak sujud.
Punya mulut untuk makan. Barokahnya makan, bisa menjadi kuat untuk menjalankan shalat.
BACA JUGA: Gurihnya Bisnis HANIYA Fried Chicken, Modal Kecil, Untungnya Bikin Ngiler
Berkahnya mulut bisa digunakan untuk dzikir.
“Semua ini sarana kita menuju Allah. Maka kamu jangan pernah tidak sayang pada diri kamu."
Kata ulama-ulama: Tubuhmu adalah kendaraan dirimu. Sayangilah.
“Kamu harus sayang,” tandas Gus Baha.
Karena semua yang ada di kita adalah alat. Kendaraan kita untuk menuju Allah.
Jangan mengeluh.
“Saya tidak ditakdirkan jadi anaknya kyai. dan bukan cucunya kanjeng nabi. Malah enak begitu,” jelasnya.
Anaknya kyai tanggung jawabnya berat. Cucunya nabi tanggung jawabnya berat.
Allah tahu jika kamu tidak bakat. Makanya tidak dipilih jadi anak kyai ataupun cucu nabi.
“Malah enak kan,”
Sehingga tinggal hormat pada cucunya nabi. Tinggal hormat pada putranya kyai.
“Kan malah enak. Hormat kuwi ibadah.”
Jika diri seseorang ingin dihormati, kalau tidak kuat malah ujub. Malah sombong.
Justru karena kekurangan, bisa menjadikan hormat ke orang yang lebih.
Bisa dibandingkan.
Misalnya ada orang yang nasabnya sempurna -- keturunan nabi. Juga ada orang yang nasabnya baik -- keturunan kyai.
Misalnya ada yang ditakdir menjadi anak bajingan. Ayahnya tidak pernah shalat. Tapi anaknya rajin shalat.
“Malah unik to.”
“Ya mulia orang yang punya nasab. Tapi tetap unik kamu (anak rajin shalat dari ayah yang tidak shalat).”
Apapun yang terjadi, sayangi diri sendiri.
Ingat-ingat dawuh ulama. Tubuhmu adalah kendaraanmu. Tubuhmu alat kendaraan menuju Allah. Maka sayangilah.
Ini tangan yang dipakai untuk sujud, sedekah. Ini tangan yang digunakan untuk kerja -- mencari nafkah yang halal.
Bahkan alat kelamin sekalipun yang menjadikan memperbanyak umat nabi.
Perlu diingat. Kita ini punya nafsu. Dan nafsu ini alat untuk masuk surga.
“Makanya kata Umar bin Abdul Aziz yang masih saya ingat. Sesungguhnya pada diriku ada nafsu yang menggebu.”
Umar bin Abdul Aziz punya nafsu yang sangat menggebu. Menggebu: jika cinta tidak dapat dibendung.
Umar bin Abdul Aziz itu tampan. Anaknya raja. Dicintai setiap perempuan.
Tetapi waktu jadi khalifah tubuhnya kecil sekali.
Ditanya: kenapa kamu kurus sekali, padahal jadi pemimpin.
Jawabnya: karena punya nafsu yang tak terbendung.
Ia waktu muda, jika suka sama perempuan, maka harus jadi istrinya.
Umar ingin masuk surga. Dan (surga) harus jadi miliknya.
Yang dilakukan kalau siang puasa. Malam tahajud.
“Karena aku punya nafsu yang menggebu.”
Umumnya zaman sekarang ini, seorang laki-laki cinta banget sama uang. Tapi, tahajudnya kalau sempat.
“Itu tidak pria. Tidak punya selera sama sekali.”
Cinta uang sungguh-sungguh. Cinta perempuan sungguh-sungguh. Giliran cinta Tuhan, kalau shalat malah ngantuk.
Memangnya berani ngantuk di depan pacar -- tidak berani.
Anak muda sekarang pecundang. Hendak pacaran, dandan necis. Giliran shalat mengantuk.
Mestinya kalau punya nafsu menggebu, harus adil. Harus fair.
Demi perempuan bersiap maksimal. Apalagi dengan surga.
Itu kehebatan Umar bin Abdul Aziz. Jika punya keinginan harus terwujud.
Waktu muda senang dengan perempuan harus mendapatkannya. Saat Umar tua ingin masuk surga.
Surga harus didapatkannya. Langkahnya: kalau siang puasa, malam tahajud.
Perlakuan Umar lainnya: tidak berani makan uang gajinya -- takut kalau menjadi amirul mukminin yang tidak sukses.
Sekarang nafsunya menggebu pada surga.
“Diri saya akan saya pergunakan dengan segala cara untuk menuju surga. Itulah yang disebut kembalilah pada Tuhanmu dengan sukarela.”
Caranya gimana? Ubah orientasi hanya kepada Tuhan.
Rumus berikutnya. Masuklah kedalam hambaKu. Jadi kamu benar-benar merasa jadi hamba Tuhan seorang.
Jangan mentang-mentang kaya terus mengatur orang seenaknya sendiri. Mentang-mentang orang alim, jangan seenaknya sendiri.
“Apapun
kehebatan Anda. Harus tetap merasa menghamba pada Tuhan.
Semisal shalat. Lakukan karena Allah.
Bagaimana bisa budak punya banyak nafsu? Misalnya menjadi budak. Disuruh memasak sate sama juragannya.
Terus punya keinginan makan 20 tusuk sate. Kamu sopan atau tidak? Tentu tidak.
Budak benaran adalah: masak sungguh-sungguh demi majikannya agar bisa makan enak.
Sama
seperti yang ingin masuk surga. Harus benar-benar menjadi hamban Tuhan.(titahkita.com)
Tinggalkan Pesan di Kolom Komentar
SHARE KONTEN DAKWAH BERPAHALA
0 Response to "Tubuhmu Adalah Kendaraanmu Menuju Surga"
Post a Comment