Sopir Angkudes Gratiskan Siswa Naik Angkot 10 Kali
Demi mendongkrak semangat belajar siswa, seorang sopir di desa rela menggratiskan ongkos angkutan. Jumlahnya tak tanggung-tanggung. Sampai 10 kali. Seperti apa ceritanya?
---
SUDAH dua lebaran (Idul Fitri) terakhir, Aksan ke rumahnya. Di tahun ini, 2022, ia bersama istrinya datang pukul 10 kurang dalam waktu Indonesia Barat. Harinya Ahad. Hari kedelapan Syawal. Ketika mereka tiba, Pak Tik sekeluarga sedang tidak ada di rumah. Saat itu, warga di dusunnya Pak Tik sedang ada acara. Yaitu, syawalan.
"Lagi di makam. Ditunggu saja. Sebentar lagi pulang," kata tetangga Pak Tik seorang perempuan.
---
SUDAH dua lebaran (Idul Fitri) terakhir, Aksan ke rumahnya. Di tahun ini, 2022, ia bersama istrinya datang pukul 10 kurang dalam waktu Indonesia Barat. Harinya Ahad. Hari kedelapan Syawal. Ketika mereka tiba, Pak Tik sekeluarga sedang tidak ada di rumah. Saat itu, warga di dusunnya Pak Tik sedang ada acara. Yaitu, syawalan.
"Lagi di makam. Ditunggu saja. Sebentar lagi pulang," kata tetangga Pak Tik seorang perempuan.
Selengkapnya Baca: Sopir Angkudes Gratiskan Siswa Naik Angkot 10 Kali
"Ada di makam atas sana. Kalau tadi pagi yang makam bawah. Ada dua makam di dusun sini."
Perempuan berjilbab itu sedang menjemur pakaian di halaman depan rumah. Yang dijemur adalah pakaian anak-anaknya. Sinar matahari pun cukup bersahabat pagi jelang siang itu. Panas tapi tidak menyengat.
"Baru saja dimulai tahlilannya. Paling 3/4 jam lagi baru pulang," sambungnya.
Pak Tik adalah seorang sopir angkudes atau angkutan desa. Trayeknya ada di wilayah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Ia telah menjadi sopir selama 40 tahun belakangan ini.
"Ya bu. Maturnuwun," jawab istri Aksan.
Sambil menyandarkan sepeda motornya, Aksan dan istri berembug. Mau ditunggu atau ditinggal dulu? Kalau menunggu sepertinya lama. Karena, sehabis tahlil masih ada tausiah dari kiai lokal.
"Nanti ke sini lagi saja," jawab Aksan ketika ditanya istrinya.
Sepeda motor matiknya diputar. Berbalik arah untuk menuju kampung sebelah. Jaraknya kira-kira 2 kilometer.
Stater motor ditekan. Mesin motor menyala. Tarik gas perlahan. Jalan.
Satu turunan dan satu tanjakan agak tajam dilaluinya. Tidak ada satupun motor yang disalip. Lajunya pelan. Kecepatannya 40 km/jam.
Sepuluh menit tak sampai. Tiba di kampung yang dituju. Mereka berdua hanya bersilaturahmi ke beberapa rumah. Setelah itu, balik lagi ke tempat Pak Tik. Tarik gas lagi.
Pintunya sudah terbuka. Tanda orangnya sudah di rumah.
"Monggo."
Istri Pak Tik mempersilahkan untuk masuk. Bertemulah dengan Pak Tik. Kami pun berjabat tangan. Mengucapkan selamat hari Idul Fitri "Sugeng Riyadi". Dan juga, mohon maaf lahir batin "Sedoyo Lepat Nyuwun Pangapunten".
Perbincangan cukup lama. Dari jam 11 siang sampai masuk waktu duhur. Saat itu waktu duhurnya jam 11.45. Disela waktu itu, kami disuruh makan. Ada bakso, kupat, opor ayam, lauk, sayur hingga kerupuk. Jus buah pun ada. Kami pun pilih bakso, hasil racikan menantunya. Tak lupa icip juga jus buahnya.
Rute Pak Tik ketika menjadi "nahkoda" angkudes menghubungkan dua wilayah kecamatan. Jalan yang dilalui penuh tikungan. Atasnya ada bukit-bukit yang telah menjadi tempat pemukiman. Bawahnya ada jurang dan juga sawah-sawah. Tepat di suatu titik di jalur tersebut bisa melihat pemandangan alam Indah. Ada bukit Tidar. Dan, kalau malam akan nampak gemerlap kota.
Saat bersilaturahmi pun Pak Tik bercerita tentang profesinya. Rupanya ia peduli dengan pendidikan. Pak Tik mendorong agar siswa bisa berprestasi. Tentu dengan caranya sebagai seorang sopir.
"Yang mendapat rangking satu, saya gratiskan naik angkot. 10 kali. Tanpa harus membayar."
Diceritakan pernah suatu ketika yang mendapat rangking 1 sejumlah tujuh siswa. Mereka pun digratiskan. Kala itu, di tahun 1998 ongkos untuk siswa masih 500 rupiah. Harga bensin premium masih sekitar lima ribuan.
"Waktu itu, uang 500 rupiah masih berharga. Harga satu gorengan saja masih 50 rupiah."
Dengan jumlah tujuh siswa dalam sehari maka Pak Tik berdonasi ke dunia pendidikan sebesar 3.500 rupiah. Kalau selama sepuluh hari 35.000 rupiah.
"Bagi saya waktu itu bukanlah jumlah yang sedikit. Walau saya seorang sopir, saya berusaha menyemangati anak-anak desa untuk belajar, berprestasi," jelasnya.
Jika pagi hari, yang berjubel naik adalah siswa SMP dan SMA sederajat. SD belum ada. Karena di lingkungan tiap-tiap desa, rata-rata sudah ada sekolah dasar. Kalau SMP dan SMA "nyebrang" ke tetangga kecamatan.
"Dulu anak sekolah naik angkutan masih ramai. Lha sekarang anak-anak sekolah sudah naik sepeda motor. Kadang diantar orang tua."
Terlebih pandemi Covid dua tahun terakhir, siswa-siswi belajar dari rumah. Istilahnya darinya atau dalam jaringan. Istilah lainnya belajar online, lewat dunia maya, jaringan internet.
"Sekarang yang naik angkot untuk sekolah hanya berapa sih. Tak sampai penuh."
Meski begitu, Pak Tik masih menggratiskan siswa untuk yang berprestasi.
Ditandaskan pendidikan sangatlah penting. Dalam agama saja manusia dituntut untuk menjadi manusia berpendidikan. Iqra' (bacalah): surat pertama yang diwahyukan Allah melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad.
Ada juga hadistnya: carilah ilmu walau sampai ke negeri Cina.
Dengan menjadi manusia berilmu atau berpendidikan manusia akan menjadi lebih tahu tentang kehidupan.
Dalam pandangan yang sederhana, selain menjadi sarana untuk menambah wawasan, pendidikan pun dapat mengasah kemampuan dalam menyelesaikan masalah, meningkatkan perekonomian, hingga menciptakan kesempatan kerja yang lebih baik.
"Kalau melihat anak pintar itu rasanya senang sekali."
Pak Tik merupakan mertua dari kakak sepupu istri Aksan. Angkudes yang digunakan trayek pun masih ada di garasinya. Sekarang pun di usianya 70 tahun masih narik. Tapi kadang-kadang. Yang sering itu dicarter ibu-ibu. Baik untuk kondangan ataupun pengajian. (titahkita.com)
"Ada di makam atas sana. Kalau tadi pagi yang makam bawah. Ada dua makam di dusun sini."
Perempuan berjilbab itu sedang menjemur pakaian di halaman depan rumah. Yang dijemur adalah pakaian anak-anaknya. Sinar matahari pun cukup bersahabat pagi jelang siang itu. Panas tapi tidak menyengat.
"Baru saja dimulai tahlilannya. Paling 3/4 jam lagi baru pulang," sambungnya.
Pak Tik adalah seorang sopir angkudes atau angkutan desa. Trayeknya ada di wilayah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Ia telah menjadi sopir selama 40 tahun belakangan ini.
"Ya bu. Maturnuwun," jawab istri Aksan.
Sambil menyandarkan sepeda motornya, Aksan dan istri berembug. Mau ditunggu atau ditinggal dulu? Kalau menunggu sepertinya lama. Karena, sehabis tahlil masih ada tausiah dari kiai lokal.
"Nanti ke sini lagi saja," jawab Aksan ketika ditanya istrinya.
Sepeda motor matiknya diputar. Berbalik arah untuk menuju kampung sebelah. Jaraknya kira-kira 2 kilometer.
Stater motor ditekan. Mesin motor menyala. Tarik gas perlahan. Jalan.
Satu turunan dan satu tanjakan agak tajam dilaluinya. Tidak ada satupun motor yang disalip. Lajunya pelan. Kecepatannya 40 km/jam.
Sepuluh menit tak sampai. Tiba di kampung yang dituju. Mereka berdua hanya bersilaturahmi ke beberapa rumah. Setelah itu, balik lagi ke tempat Pak Tik. Tarik gas lagi.
Pintunya sudah terbuka. Tanda orangnya sudah di rumah.
"Monggo."
Istri Pak Tik mempersilahkan untuk masuk. Bertemulah dengan Pak Tik. Kami pun berjabat tangan. Mengucapkan selamat hari Idul Fitri "Sugeng Riyadi". Dan juga, mohon maaf lahir batin "Sedoyo Lepat Nyuwun Pangapunten".
Perbincangan cukup lama. Dari jam 11 siang sampai masuk waktu duhur. Saat itu waktu duhurnya jam 11.45. Disela waktu itu, kami disuruh makan. Ada bakso, kupat, opor ayam, lauk, sayur hingga kerupuk. Jus buah pun ada. Kami pun pilih bakso, hasil racikan menantunya. Tak lupa icip juga jus buahnya.
Rute Pak Tik ketika menjadi "nahkoda" angkudes menghubungkan dua wilayah kecamatan. Jalan yang dilalui penuh tikungan. Atasnya ada bukit-bukit yang telah menjadi tempat pemukiman. Bawahnya ada jurang dan juga sawah-sawah. Tepat di suatu titik di jalur tersebut bisa melihat pemandangan alam Indah. Ada bukit Tidar. Dan, kalau malam akan nampak gemerlap kota.
Saat bersilaturahmi pun Pak Tik bercerita tentang profesinya. Rupanya ia peduli dengan pendidikan. Pak Tik mendorong agar siswa bisa berprestasi. Tentu dengan caranya sebagai seorang sopir.
"Yang mendapat rangking satu, saya gratiskan naik angkot. 10 kali. Tanpa harus membayar."
Diceritakan pernah suatu ketika yang mendapat rangking 1 sejumlah tujuh siswa. Mereka pun digratiskan. Kala itu, di tahun 1998 ongkos untuk siswa masih 500 rupiah. Harga bensin premium masih sekitar lima ribuan.
"Waktu itu, uang 500 rupiah masih berharga. Harga satu gorengan saja masih 50 rupiah."
Dengan jumlah tujuh siswa dalam sehari maka Pak Tik berdonasi ke dunia pendidikan sebesar 3.500 rupiah. Kalau selama sepuluh hari 35.000 rupiah.
"Bagi saya waktu itu bukanlah jumlah yang sedikit. Walau saya seorang sopir, saya berusaha menyemangati anak-anak desa untuk belajar, berprestasi," jelasnya.
Jika pagi hari, yang berjubel naik adalah siswa SMP dan SMA sederajat. SD belum ada. Karena di lingkungan tiap-tiap desa, rata-rata sudah ada sekolah dasar. Kalau SMP dan SMA "nyebrang" ke tetangga kecamatan.
"Dulu anak sekolah naik angkutan masih ramai. Lha sekarang anak-anak sekolah sudah naik sepeda motor. Kadang diantar orang tua."
Terlebih pandemi Covid dua tahun terakhir, siswa-siswi belajar dari rumah. Istilahnya darinya atau dalam jaringan. Istilah lainnya belajar online, lewat dunia maya, jaringan internet.
"Sekarang yang naik angkot untuk sekolah hanya berapa sih. Tak sampai penuh."
Meski begitu, Pak Tik masih menggratiskan siswa untuk yang berprestasi.
Ditandaskan pendidikan sangatlah penting. Dalam agama saja manusia dituntut untuk menjadi manusia berpendidikan. Iqra' (bacalah): surat pertama yang diwahyukan Allah melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad.
Ada juga hadistnya: carilah ilmu walau sampai ke negeri Cina.
Dengan menjadi manusia berilmu atau berpendidikan manusia akan menjadi lebih tahu tentang kehidupan.
Dalam pandangan yang sederhana, selain menjadi sarana untuk menambah wawasan, pendidikan pun dapat mengasah kemampuan dalam menyelesaikan masalah, meningkatkan perekonomian, hingga menciptakan kesempatan kerja yang lebih baik.
"Kalau melihat anak pintar itu rasanya senang sekali."
Pak Tik merupakan mertua dari kakak sepupu istri Aksan. Angkudes yang digunakan trayek pun masih ada di garasinya. Sekarang pun di usianya 70 tahun masih narik. Tapi kadang-kadang. Yang sering itu dicarter ibu-ibu. Baik untuk kondangan ataupun pengajian. (titahkita.com)
0 Response to " Sopir Angkudes Gratiskan Siswa Naik Angkot 10 Kali"
Post a Comment