Ridhonya Allah Misteri, Pencuri yang Shalat hingga Begal Menjadi Wali
Gus Baha |
Ridhonya Allah Misteri, Pencuri yang Shalat hingga Begal Menjadi Wali
---
PERLAKUAN atau pekerjaan di dunia ini bermacam. Ada yang dikategorikan baik. Ada yang dikategorikan kurang baik. Bahkan ada yang dikategorikan tak baik sama sekali.
Di zaman Nabi Muhammad SAW, ada orang yang pekerjaannya mencuri. Suatu ketika menghadap nabi.
Permintaan nabi kepada pencuri itu agar tetap dirikan shalat.
Sahabat pun protes.
“Ya Rasulullah dia punya penyakit sering maling (mencuri). Kenapa tidak dilarang supaya tidak maling,” rasa berat sahabat kepada nabi itu sebagaimana diceritakan Gus Baha.
Gus Baha atau KH Ahmad Bahauddin Nursalim menjelaskan hal tersebut dengan Bahasa Jawa. Yang kemudian oleh titahkita.com ditranslate sebagian menjadi Bahasa Indonesia -- campuran.
Nabi jawabnya begini:
“Kalau nanti shalatnya sudah benar, diterima Pengeran (Allah). Engko mari –mari dewe (nanti akan sembuh sendiri),” kata Gus Baha mengambil intisari seperti yang diungkapkan Nabi terakhir tersebut.
Sembuh yang dimaksud, sembuh dari mencuri – dengan cara shalat.
Hal tersebut diperkuat dari ceritanya Habib Zain Ibnu Smith dalam kitabnya Al Manhaj Al Sawy.
“Ada preman, agak suka malak orang lain. Tapi nek shalat tenanan (tapi kalau shalat sungguh-sungguh).”
Hal semacam itu banyak terjadi. Fasik itu beraneka macam. Ada preman, geng, “nongkrongin” perempuan, dan perbuatan negatif lainnya.
“Tapi nek shalat khusuk,” kata Gus Baha dalam channel Youtube Santri Gayeng.
Walau Preman Tetap Berdamai dengan Allah
Diceritakan kembali Gus Baha. Ada seorang wali yang marah melihat orang yang fasik tetapi mendirikan shalat.
“Gunane opo shalat wong kowe ijih fasik?”
Jawab seorang preman tadi.
“Saya tetap ingin ada alasan saya supaya berdamai dengan Allah.”
Jadi kalau melakukan perbuatan maksiat itu, hubungan si preman dengan Allah kurang baik. Maka preman tadi akan tetap menjaga satu dua periku untuk menjaga perdamaian dengan Allah -- di antaranya dengan shalat.
Masih punya sisi mushalahah (berdamai) dengan Allah. Sehingga suatu saat mungkin Allah ridho, shalatnya diterima kemudian jadi wali.
Makanya kita tidak tahu, Allah meridhoi kita saat melakukan apa. Sehingga kita tidak bisa bilang.
“Apo gunane haji nek kelakuane ngono (jelek)."
"Apo gunane ngaji Minhajut Tholibin, tidak usah begitu.”
Bisa saja saat waktu mengaji tidak paham, terus ridho terhadap qodho dan qodar.
“Wong kondang tenan. Orang tidak paham, kok ridho qodro-qodar.”
Bisa jadi yang paham menjadi ujub atau sombong.
“Pada goblok semua. Kabeh sik pinter aku tok.”
“Waduh, sengsara kalau ini,” tandas murid dari Mbah Moen (KH Maimun Zubair) tersebut.
“Jadi kita tidak pernah tahu, Allah itu meletakkan ridhonya di mana. Dan meletakkan sukhtu (murka-Nya) di mana.”
Preman dan Wali Dinolkan Amalannya
Ada orang Hawariyin -- pengikut nabi Isa.
Dijelaskan dalam kitab Ihya: ada preman berjalan.
Ketika sampai di depan orang sholeh, preman ini tertarik untuk langsung gabung.
Lalu si wali dari Hawariyin ini ada yang risih dengan preman tadi.
“Aku terkenal wali kok jejer karo preman.”
Maka si wali tersebut mempercepat jalannya.
Sedangkan si preman dari awal memperlambat jalannya. Itu karena mengangap dirinya tidak layak berdekatan dengan orang sholeh -- wali tadi.
“Intinya si preman menjaga kesopanan. Si wali memelihara keangkuhan.”
Preman memperlambat jalannya karena tidak ingin sejajar. Wali mempercepat jalannya juga karena tidak ingin sejajar.
Allah saat itu berfirman ke Nabi Isa -- masih zaman Nurbuwat.
“Isa…dua orang ini memulai amal dari nol. Wali ini tak hapus amalnya. Preman ini tak hapus semua dosanya. Semuanya nol-nol.”
“Yang satu untuk barokahnya adab (etika). Yang satu ujub (sombong).”
Makanya Allah berfirman:
Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim. (QS. Ali Imran: 128).
“Jadi orang fasik itu (ada) potensi diampuni Pengeran, tapi (ada) potensi disiksa Pengeran.”
Kita tidak tahu, apakah orang fasik diampuni Allah atau tidak.
Sunan Kalijaga Awalnya Begal
Ada kisah-kisah wali.
Ada orang sowan atau menghadap Sunan Bonang membawa gula dan amplop untuk dikasihkan -- belum tentu jadi wali.
Kalijaga yang kenal (dengan Sunan Bonang) lewat begal -- jadi wali -- Sunan Kalijaga.
“Kenalane wae lewat begal. Tapi malah dadi wali.”
Suroqoh kenal nabi karena ingin membacok. Itu bermula dari adanya sayembara: yang bisa menangkap Nabi Muhammad akan mendapat hadiah dari orang kafir.
Tapi dari kesalahan itu, malah melihat mukjizat dari Nabi Muhammad.
“Ketika mau bacok, ditelan tanah sampai tiga kali.”
“Ini awalnya salah, niatnya salah, tapi oleh Allah diberi hidayah.”
Makanya kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Dan siapa ditakdirkan apa. Tetap berprasangka baik.
Makanya berdoa: Ya muqollibal quluub tsabbit qolbi 'alaa diinik.
Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.
“Kita tidak pernah tahu, ya sudah seperti itu,” tandas Gus Baha. (titahkita.com)
SHARE KONTEN DAKWAH BERPAHALA
“Barang siapa yang menunjuki kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya." HR. Muslim no. 1893
0 Response to "Ridhonya Allah Misteri, Pencuri yang Shalat hingga Begal Menjadi Wali"
Post a Comment