Cak Nun: Musuhmu adalah Kesadaranmu Mengenali Dirimu - TitahKita.com -->

Cak Nun: Musuhmu adalah Kesadaranmu Mengenali Dirimu

Cak Nun
Cak Nun
Cak Nun: Musuhmu adalah Kesadaranmu Mengenali Dirimu
---
“MUSUH terbesar adalah diri sendiri.”

Begitu kata Cak Nun atau Emha Ainun Nadjib.

Itu menjadi jawaban atas pertanyaan audien. 

Dalam menjawab pertanyaan, intelektual muslim Indonesia ini memilih berhati-hati. Tidak asal bertutur kata. Tergantung kadar audiennya.

Sehingga pilihannya, dalam memberi penjelasan pun dibuat se-logis mungkin. Bisa diterima akal. Akal sehat.

Sesaat setelah terjadi dialog singkat, Cak Nun yang juga budayawan ini kembali menjelaskan tentang diri manusia, sebagai pokok inti pembahasan. Pemantiknya mengambil dari kosa kata Jawa.

"Jadi kalau di Jawa itu, ada kakang kawah, adi ari-ari. Jadi dirimu yang ini, itu ngak sendirian. Ada dirimu yang lain yang nonton kamu," tutur Cak Nun dalam sebuah channel Youtube “Kalam Kyai”.

Dimisalkan kalau dirimu baca puisi -- ada dirimu yang baca puisi, ada dirimu di belakangmu yang lihat kamu baca puisi.

Secara singkatnya. Ada juga dirimu yang lain. Yang nonton baca puisi.

Tapi suami dari Novia Kolopaking ini tak mau menjelaskan ke arah sana. Yang lebih jauh, terkait “Kakang Kawah, Adi Ari-ari”.

"Itu kalau di Jawa. Tidak usah ke sana.”

Cak Nun ingin fokus menjelaskan tentang musuh dalam diri.

Guna menjelaskan tentang diri manusia, individu manusia, Cak Nun memberikan sebuah analogi.

"Ini tanganku. Tanganku ini aku atau bukan?" tanyanya ke jamaah dalam unggahan berjudul “Cak Nun - Melawan Musuh Diri Sendiri”. Durasi tayang 10 menit 8 detik.

Bukan -- jawab jamaah terdengar lirih. Sebab menjawabnya tidak pakai pengeras suara. Tak pakai micropon.

"Bukan." 

Kata yang dipertegas Cak Nun menirukan jamaah.

"Oke."

Cak Nun mengiyakan.

Lantas dilanjutkan lagi lontaran kalimat yang serupa.

"Ini hatiku. Hatiku ini aku apa bukan?"

"Kan kalau ngomong hatiku, berarti ada yang ngomong hatiku, ada yang ku. Hatiku bukan aku. Ini diriku, nah diriku itu aku atau bukan? Kan bukan to."

Atas hal itu, manusia diminta untuk tidak sibuk dengan dirinya sendiri. Dampaknya, bisa menjadi bingung sendiri.

Cak Nun yang sering melekat dengan “Kyai Kanjeng” mengulas penjelasan putranya, Sabrang Mowo Damar Panuluh -- Sabrang. Yang populer dengan Noe Letto. Letto merupakan grub band asal Yogyakarta.

Saat Sabrang di Surabaya. Dalam sebuah penjelasan. Pernah mengupas tentang identitas dan personalitas.

Sebagai penjelasannya, diantaranya: KTP atau Kartu Tanda Penduduk itu merupakan personalitas. Bukan identitas.

"Apa identitasmu. Contohnya coba, yang dimuat di situ (KTP). Nama, alamat, tanggal lahir,” tanya Cak Nun, yang lahir di Jombang Jawa Timur.

“Menurut Sabrang itu bukan identitasmu. Itu personalitasmu." 

Jelas Cak Nun yang dalam petuahnya selalu mengedepankan dialog. Berdiskusi.

Audien diajak untuk memikirkan lebih lanjut mengenai dua hal tersebut: personalitas dan identitas.

Personalitas adalah sesuatu yang kamu tidak bisa elakkan. Misalnya, di tatanan keluarga, orang ini anaknya siapa? Anaknya bapak ini, anaknya bapak itu. Tanggal lahirnya kapan?

"Itu personalitasmu, bukan identitasmu. Kalau identitas adalah kamu masuk PKB atau PKS."

Identitas adalah keputusan-keputusan hidup sebagai manusia. Misal saat kuliah, mau masuk jurusan MIPA atau jurusan ekonomi, atau hukum.

“Di situ (pilihan jurusan kuliah) baru kamu membangun identitasmu. Kalau yang disebut di KTP itu namanya personalitas.”

Diterangkan. Selama ini, karena tidak punya dan tidak paham personalitas, orang selalu hidup di dalam identitas. Atau, berlindung pada identitas. Terutama di negara ini. Indonesia.

"(Itu) karena dia tidak mengenal dirinya.”

“Maka dia menjadi dirinya, dia nyalon walikota atau bupati. Karena ke-bupati-an dia lebih penting dari dirinya. Bener atau tidak?" 

Tanyanya pada audien.

Bila sudah tidak jadi bupati, lalu jabatannya ditanggalkan -- habis, hilang, bisa berpotensi menjadi kecewa. Stres berat!

"Dia sudah tidak jadi bupati. Dia frustasi. Karena, dia sudah tidak punya dirinya sendiri. (Ini karena) Identitasnya lebih penting daripada personalitasnya."

Dinyatakan, sebenarnya personalitas itu juga tidak ada.

"Apa yakin kamu ini dirimu? Dari mana kamu asalnya?” Maka musuhmu adalah kesadaranmu mengenali dirimu itu."

"Kalau Allah mengatakan barang siapa mengenal dirinya, maka dia mengenal Tuhannya. Maksudnya, iki rodo jebakan iki (kalimat ini agak menjebak). Kalau kamu menyadari bahwa dirimu tidak ada. Baru kamu mengenal Aku (Tuhan). Ngono jane kalimate (begitu mestinya kalimatnya)."

"Mengenal diri adalah menyadari bahwa jan-jane gak ono aku iki, gak penting aku iki (sesungguhnya tidak ada diri ini, tidak penting diri ini)."

"Yang menjadikan saya ada hidup sementara di dunia, adalah saya berbuat apa, bukan siapa nama saya."

Parameter perbuatan seseorang; bisa bermanfaat untuk orang lain atau tidak, bisa bermanfaat untuk masyarakat atau tidak, bisa bermanfaat untuk agama atau tidak, bisa bermanfaat untuk bangsa dan negara atau tidak, bisa bermanfaat untuk keluarga atau tidak.

"Jadi jangan pusing sama diri. Sibuk saja melakukan apa, melakukan apa, yang baik-baik. Gitu."

Hidup di dunia menjalankan peran. (titahkita.com)

SHARE KONTEN DAKWAH BERPAHALA
“Barang siapa yang menunjuki kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya." HR. Muslim no. 1893

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel