Teh Bekas Perampok Diminumkan ke Anaknya yang Lumpuh
AKSAN mendapat kisah tentang kehidupan. "Sing penting yakin". Bahwa rasa optimis bisa menjadi pendukung utama keberhasilan seseorang dalam mengarungi hidup. Berikut ada cerita ibu yang hidup bersama anaknya yang lumpuh, suatu ketika didatangi segerombal perampok. Apa yang terjadi?
---
SEORANG ibu hidup bersama anaknya. Perempuan. Lumpuh. Tidak bisa jalan bertahun-tahun. Sakitnya lebih dari 10 tahun.
Rumahnya ada di pojok dusun. Paling ujung timur. Ia hidup di zaman kemerdekaan, di sebuah negeri yang nan jauh.
Malam itu hujan tiba. Deras. Ada rombongan datang untuk "nebeng" berteduh di teras rumah. Dinding-dinding yang tersusun dari bambu dan kayu menjadi sandaran mereka. Perlahan rasa lelah berkurang setelah menempuh perjalanan jauh.
Rombongan delapan orang. Datang membawa pedang, golok. Mereka tidaklah berseragam militer. Tapi biasa. Seperti orang pada umumnya.
Ibu itu menyebut mereka pejuang rakyat. Yang ingin bergerilya mengepung markas penjajah. Di seberang sana. Di sebelah bukit. Naik turun. Baru sampai.
Dihidangkanlah teh panas hasil bumi pegunungan. Pemanisnya gula aren. Berselang, ketela rebus pun disuguhkan.
"Silahkan dinikmati minumnya, pumpung masih panas."
Perlahan hujan reda. Keburu tengah malam, rombongan itu bergegas beranjak. Minumnya yang tersaji dalam wadah potongan bambu, sebagian tidak dihabiskan. Ketelanya ludes.
"Nak ini diminum. Ini obat," pinta ibu itu pada anaknya.
Minuman yang diberikan merupakan sisa-sisa rombongan tadi. Yang tersisa dikumpulkan. Menjadi satu gelas. Hampir penuh.
"Dengan perantara ini, nanti Tuhan akan menyembuhkanmu nak. Ibu yakin. Berdoalah."
Ibunya berperasangka baik. Sisa teh itu manjur. Rombongan itu dianggap sedang berjihad di jalan Tuhan untuk menumpas penjajah.
Selang satu hari putrinya sembuh. Seketika bisa jalan. Ibunya bahagia. Putrinya apalagi. Bisa melihat alam luar kembali. Perbukitan. Matahari terbit. Yang dinantikan adalah melihat pelangi di sore hari, tatkala sebelum anak itu lumpuh.
Malam selang beberapa hari, rombongan itu berteduh kembali. Usai menempuh perjalanan jauh, sajian serupa disuguhkan. Maklum stok bahan pangan terbatas. Hanya tanam belakang rumah.
"Sisa teh yang lalu, saya kumpulkan. Saya minumankan ke putri saya. Alhamdulillah sekarang anak saya bisa berjalan kembali. Terima kasih bapak-bapak, atas doa-doanya."
Terpukul hati kepala suku rombongan mendengar ucapan itu.
Dalam batinnya:
"Kami ini baru saja merampok. Tapi kok bisa menyembuhkan. Apalagi kalau kami orang soleh. Yang berperilaku baik."
Yang dirampok adalah emas-emas berkarat 24. Kalung, gelang, anting-anting, cincin. Mereka berhasil menjarah semua harta benda orang kaya raya di sebelah kabupaten.
Ibu itu mempersilahkan untuk menikmati hidangan ala kadarnya.
Lantas melanjutkan ceritanya.
"Saya meminumkannya karena saya yakin sekali, bahwa Tuhan akan mengangkat penyakit anak saya. Saya yakin itu."
Usai pulang. Kepala suku rombongan pencuri itu taubat. Anak buahnya juga mengikuti jejaknya. Mereka berguru pada kiai.
Aksan membatin, semua itu terjadi atas izin dan kehendak Tuhan. (titahkita.com)
0 Response to "Teh Bekas Perampok Diminumkan ke Anaknya yang Lumpuh"
Post a Comment