Bangun Kesiangan tak Ikut Shalat Subuh Berjamaah, Apakah Kehendak Tuhan? - TitahKita.com -->

Bangun Kesiangan tak Ikut Shalat Subuh Berjamaah, Apakah Kehendak Tuhan?

Ustadz Abdul Somad
Bangun Kesiangan tak Ikut Shalat Subuh Berjamaah, Apakah Kehendak Tuhan?
--- 
ADA kisah yang makin memantapkan dan mendongkrak tauhid. Dialog di bawah ini masih terkait erat dengan judul di atas. Ada korelasi kuat.

Suatu ketika ada orang yang risau, susah hati, galau. Ia menemui Imam Ibrahim bin Adham -- seorang sufi abad ke-2.

Orang itu mengadu kepadanya.

“Saya ini sedang susah hati Imam. Sedang risau, hati saya sempit, jiwa saya kering rontang, putus asa menghadapi hidup.”

Kemudian Ibrahim bin Adham bertanya tiga hal kepada orang tersebut.

“Dengarkan baik-baik. Ini obat.”

Pertama:

“Apakah ada yang terjadi di alam ini diluar kuasa Allah?”

Jawabnya:

“Tidak. Semua terjadi atas qudrat irodat Allah.”

Kedua:

“Apakah ada orang yang mati, diluar kehendak kuasa Allah?”

Jawabnya:

“Tidak. Semua yang hidup dan mati, yuhyi wa yumit, wa huwa ‘ala syai’in qadir (Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu).”

Ketiga:

“Apakah bertambah atau berkurang rezeki yang sudah ditetapkan Allah?”

Jawabnya:

“Tidak. Rezeki masuk dalam ketetapan Allah SWT.”

Hal di atas diterangkan Ustadz Abdul Somad (UAS) dalam penggalan ceramah pengajian di Depok, Jawa Barat dalam suatu kesempatan.

Lalu kalau ketiga ini dalam genggaman qudrat irodat Allah kenapa risau lagi? 

Dikatakan UAS hal tersebut bukan masalah psikologi.

“Risau, gundah gulana, galau itu adalah masalah tauhid.”


Jangan Mengadu Selain kepada Allah


Kalau sempit dunia ini, katakan saja iyakanakbudi waiyakanastain (hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan).

“Jangan mengadu ke yang lain. Ngadu kok ke dukun. Dukun saja banyak yang bunuh diri sekarang. Stres dukun-dukun sekarang. Kenapa? Jamaahnya banyak taubat,” banyolnya diiringi tawa jamaah.

Makanya kembalikan ke Allah. Tauhid berasal dari bahasa arab, masdar dari kata wahhada, yuwahhidu.

“Tauhid, tunggal, esa, ngak berbilang. Semua dikembalikan ke Allah SWT. Qoluinna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun (sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jugalah kami kembali).”

Lalu Ustadz Somad memberi contoh. Ada seorang anak yang baru saja ujian semester melaporkan kepada orang tuanya. 

Anak tersebut sudah diberi fasilitas lengkap. 

Sudah dibekali semuanya -- motor, gadget, uang saku. Tapi nilainya jeblok. Indeks Prestasi atau IP-nya 2.0.

Kata anaknya. 

"Papa serahkan kepada Allah (atas raihan nilai). Ini sudah kehendak Allah, pa.”

Mendengar penjelasannya, bapak tersebut tunduk.

“Inilah anak yang sesat tapi pakai dalil. Yang dijadikan dalil, ceramah Abdul Somad lagi. Saya tidak ridho,” cetus UAS dalan channel Youtube Ustadz Abdul Somad Official.

Dikatakan, memang semua ini atas kehendak Allah. Tidak bergeraknya satu biji sawi pun atas izin Allah. Kalau tidak dizinkan, tidak akan terjadi.

“Memang semuanya ini terjadi atas kuasa Allah. Tapi tidak semua diridhoi Allah,” jelas UAS.

Dicontohkan lagi, ada seorang istri ikut pengajian bakda subuh. Begitu pulang, menjumpai suaminya yang masih terlelap tidur.

“Pak. Kenapa tidak ikut pengajian dan bangunnya kesiangan," tanya istri. 


Sang suami menjawab.

"Semua ini atas kehendak Allah."

UAS memberikan penjelasan dengan perumpamaan dirinya.

“Allah beri kita kuasa. Allah beri Abdul Somad mata, Allah beri Abdul Somad telinga, Allah beri Abdul Somat hati, Allah beri Abdul Somad akal. Allah beri petunjuk lewat Al-Quran."

Maka diberi dua pilihan. Pilih bangun siang atau bangun pagi lalu bersuci dan ke masjid. Jalan takwa atau jalan sesat?

“Pilih mana? Dua-duanya adalah jalan Allah. Dua-duanya milik Allah. Dua-duanya kuasa Allah.”

Jadi ada yang dimurkai Allah. Ada yang diridho Allah.

Allahumma nas aluka ridhoka wal jannah wa na udzubika min sakhothika wan naar.

“Ya Allah kami mohon ridho dan surga-Mu, dan mohon perlindungan-Mu dari murka dan neraka-Mu. Anak yang IP-nya 2.0 tadi, ridho Allah atau murka Allah?” tanya UAS kepada jamaah.

“Murka,” jawab jamaah.

Semua kuasa Allah. Semua kehendak Allah. Tidak ada yang diluar kuasa Allah. Kalau ada yang mengatakan ini diluar kuasa Allah, itu syirik.


Agama Zoroaster: Tuhan Baik, Tuhan Buruk


“Ada kuasa lain. Kalau begini ada kuasa setan. Maka berarti dia pakai agama Zoroaster. Ada agama namanya Zoroaster. Nama nabinya Zaratustra.”

“Kata agama Zoroaster, Zaratustra, tuhan itu dua.”

Satu namanya tuhan Ahriman. Satunya tuhan Ahura Mazda. Satu tuhan baik. Satu tuhan jahat.

Kalau kebetulan tuhan baik, dia ikut tuhan baik. Kalau kebetulan dia jahat, ikut tuhan jahat. Tuhan hitam, tuhan putih. Black or white?

“Dalam Islam tidak ada. Kita berkata Lailahaillallah."

Tidak ada tuhan selain Allah.

“Ini saya mau jelasnya. Jangan mengambinghitamkan berdalil Tuhan.”

Misalnya.

Ketika tidak bisa mendidik anak perempuan. Tiba-tiba hamil diluar pernikahan, jangan membawa-bawa Tuhan.

“Kita harus serahkan pada Allah. Itu kuasa Allah. (Ini) tak betul.”

Dimisalkan kembali.

Salah satu jamaah pulang dari pengajian bakda subuh. Tiba-tiba ketemu anak-anak muda di pos ronda.

“Hai anak muda. Kenapa tidak shalat ke masjid?”

Anak-anak itu menjawab.

“Pak haji, bapak termasuk yang diberi hidayah. Kami ini yang disesatkan Allah. Biarkan kami ini sesat.”

Pak haji pun bingung.

“Iya juga ya.”

“Sudahlah kalau begitu biarkan kau sesat."

"Apa ngak kacau umat ini. Orang dulu kalau sesat, sesat aja. Kalau sekarang pakai ayat. Luar biasa zaman ini bapak ibu,” tandasnya dihadapan jamaah.


Penuh Kesadaran Berbuat Maksiat itu Fasik


Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. 

Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan :

"Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?" Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik. (Surat Al-Baqarah Ayat 26).

“Yang disesatkan Allah itu adalah orang yang fasik.

Orang yang fasik itu siapa? 

Kata UAS, orang yang penuh dengan kesadaran, sehat akalnya, sehat otaknya, sehat hatinya, sehat pikirannya, tapi dia tidak mau menerima Islam.

“Orang dengan penuh kesadaran buat dosa dan maksiat, itu orang yang fasik. Allah tidak akan berikan hidayah kepada orang yang fasik."

“Jadi kita mesti memahami ini dengan baik. Tidak ada yang di luar kuasa Allah. Kalau ada orang berkata, bahwa itu diluar kuasa Allah, dia syirik.” (titahkita.com)

Mohon Tinggalkan Pesan di Kolom Komentar

SHARE KONTEN DAKWAH BERPAHALA
“Barang siapa yang menunjuki kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya." HR. Muslim no. 1893

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Bangun Kesiangan tak Ikut Shalat Subuh Berjamaah, Apakah Kehendak Tuhan?"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel