Gus Baha Jelaskan Dibalik Perlunya Manusia Shalat Jamaah - TitahKita.com -->

Gus Baha Jelaskan Dibalik Perlunya Manusia Shalat Jamaah

gus baha
Gus Baha
Gus Baha Jelaskan Dibalik Perlunya Manusia Shalat Jamaah
---
DI tengah-tengah ceramah, Gus Baha bercerita tentang Nabi Ibrahim yang sampai menjadi “kekasih Allah” atau kholilurrahman.

“Iku ora perkoro ibadahe khusuk, nemen,” ujar Gus Baha yang memiliki nama lengkap KH Bahauddin Nursalim.

Diceritakan, Nabi Ibrahim pernah sujud sampai menangis.

Terus ditanya sama Allah.

“Kenapa Ibrahim kamu nangis?”

“Kulo niki nangisi Njenengan. Njenengan niku Dzat yang begitu penting, tapi ingkang nyembah Njenengan namung kulo.”

“Mestine Njenengan sentral, pusat semua dari perhatian makhluk,” ucapnya dalam channel Youtube Santri Gayeng.

Dzat yang begitu baiknya, yang menyembah Allah hanya Ibrahim saja.

“Sama saya mulang Quran, mulang tafsir. Ilmu sebaik ini kok sing weruh ming aku tok? Makanya saya sebar, saya ajarkan,” terang Gus Baha di depan jamaah.

Ditekankan, bahwa mendekatkan diri ke Allah, semua kompensasinya hanya kepada Allah SWT -- tidak ada yang lain.

Atas hal itu, maka Ibrahim dibuatkan malaikat agar ada temannya bersujud.

Begitu juga Nabi Daud, dibuatkan gunung agar ada temannya sujud.

Kalau manusia? beda.

“Malah seneng sujud dewean. Gak popo. Jadi kita ini egois.”

“Mulane shalat iku disunnahke jamaah.”

Kalau kita punya istri cantik, orang lain diminta mengakui istri kita cantik.

Kalau punya mobil mewah, orang lain diminta mengakui kita punya mobil mewah.

Kita punya karir, orang lain juga diminta mengakui kalau kita punya karir.

“Lho sakniki pengeran kuwi Dzat sing paling penting. Mestinya kita juga ingin semua orang mengakui. Dia itu Pengeran.”

“Makanya disunnahkan shalat jamaah. Ben bareng-bareng ngakui Dzat sing Digdaya.

Sehingga, semua ilmu wajib untuk diajarkan. Karena kita menyampaikan ke alam ini bahwa kita semua butuh Allah SWT.

“Ilmu harus dimaklumatkan. Makanya wajib tabligh (menyampaikan).”

Tegakkan Kalimat Tauhid

Diceritakan, dulu itu orang saleh-saleh. Berbeda dengan zaman akhir.

Salehnya hanya ibadah saja. Motivasinya agar bisa masuk surga.

“Itu nafsu atau bukan?” tanyanya.

Misal, motivasi masuk surga karena ingin memiliki bidadari yang cantiknya sekali.

“Nek poro nabi gak. Ngajak nyembah Allah.”

Allah adalah haq, Dzat yang dituju.

“Sing dadi tujuan kok ora disembah iku piye?”

Makanya mereka punya gerakan, menuju ke Allah. Allah adalah Dzat yang dibutuhkan manusia.

“Mereka do ra bahas amale ditompo opo ora.”

Sekarang?

“Sholeh sitik tambah egois. Repot saiki.”

“Gak usah ngono, pokoke sholat sing seneng.”

“Anak-anak kita, kita ajari tauhid. Cucu-cucu kita ajari tauhid.”

“Mergo ben ngerti Dzat sing paling penting ning ndunyo lan akhirat, namung Allah SWT.”

Dijelaskan, Nabi Ibrahim adalah orang yang sukses menjadikan kalimat thoyibbah -- lailahaillallah -- tidak ada tuhan selain Allah.

“Ibrahim kuwi nangis ora perkoro mati. Gusti kulo niku bade mati.”

Menangislah Ibrahim.

“Lha kenek opo kowe nangis?”

“Kulo niku kok kuwatir sitok (satu), tidak ada lagi yang kampanye tentang Njenengan.”

Gus Baha memberi pengandaian. Andaikan ada pengagum Presiden Indonesia pertama -- Soekarno, lalu ada orang lainnya tidak mengenal Soekrano, maka pengagum itu akan mengeluh.

Itu karena ingin semua orang tahu jasanya Bapak Proklamator tersebut.

Dicontohkan lagi.

“Misale kowe alumni Krapyak, alumni Sarang, mboh alumni Lirboyo. Ingin gak semua santri, semua orang tahu biografi keunggulan kyainya? Inginkan?”

Dan kamu akan kecewa jika ada yang mempertanyakan kyai-kyainya.

“Mbah Maksum sopo? Mbah Zubair Sopo?. Kowe kecewa gak. Mbak Karim sopo? Kecewa gak ada yang tanya gitu? Kecewakan?”

Orang sepopuler itu masih ada yang tanya -- dia itu siapa?

Sekarang kita cinta dengan Allah SWT. Lalu ada yang mempertanyakan Allah. Kecewa tidak kita?

“Kowe bisa mbayangno, mangkel gak man huwaAllah (ketika ada yang tanya) Allah iku sopo?”

“Makanya ciri agama itu, Fa'alam Annahu La Ilaha Illallah. Harus diketahui nek ning ndunyo kuwi Lailahaillallah (tiada Tuhan selain Allah).” 

Walau zaman ini sudah tidak ada rasul, maka kalimat tauhid -- tidak ada tuhan selain Allah harus tetap langgeng. 


Nikmat dan Kesederhanaan Hidup 

Gus Baha juga menyentil nikmat. Yang diantaranya agar nikmat tetap "langgeng", tidak menggantungkan sesuatu hal pada makhluk.

Sebab, dijelaskannya, nikmat bisa hilang dan bersifat semu jika digantungkan pada ciptaan Yang Maha Kuasa tersebut.

Gus Baha pun memberikan contoh sederhana dalam kehidupan sehari-hari.

Meski Gus Baha terkenal dengan ilmunya, menjadi kyai besar, tetap menekankan hidup sederhana untuk keluarganya.

“Alhamdulillah dik biso mangan….,”

Begitu kata Gus Baha pada istrinya.

Diakuinya, keturunannya jika meminta uang di atas Rp 200 ribu kepadanya tidak berani.

“Mergo cen tak didik sederhana. Anak kulo tak didik sederhana,” ucap kyai yang sering mengenakan kemeja putih ini.

Gus Baha pun juga begitu. Pengasuh pondok pesantren Al Quran di Kragan, Narukan, Rembang, Jawa Tengah ini “mengembleng diri”.

“Kulo ngih ke Jogja sering ngebis nganti sakniki. Tak didik uripe dewe.”

Anaknya jika ke warung untuk beli sesuatu pun biasa sendiri. Tidak mengandalkan santri-santri di pondoknya.

Hal itu agar keturunannya tidak manja.

“Enak yo dadi ning (putri kyai). Santrine akeh, ngongkon gampang. Enak yo dadi kyai nengdi-nengdi diderekke,

Sikap seperti itu, kata Gus Baha, sebaiknya jangan begitu.

“Karena nikmat ini akan hilang dan semu,” tandas pejabat Rais Syuriah PBNU ini.

Ditegaskan untuk melatih nikmat dengan haq atau kebenaran.

“Misalnya kulo mulang ngeten. Alhamdulilah iso nyariatno hukume Allah. Ra perlu bangga mbek santri akeh,” tandas Gus Baha dalam sebuah video di Youtube.

Kalau membanggakan dengan jumlah santri banyak, tambahnya, berarti menghubungkan nikmat dengan makhluk.

“Santri akeh yo makhluk, pengaruh yo makhluk,” kata santri dari Mbah Moen ini yang terkadang mengenakan sandal cepit.

“Makhluk itu ra ono gunane ning Pengeran,”

“Yang ada gunanya, kita semua dipertemukan oleh haq (kebenaran). Yaitu muji-muji Allah SWT.” (titahkita.com)

SHARE KONTEN DAKWAH BERPAHALA
“Barang siapa yang menunjuki kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya." HR. Muslim no. 1893

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Gus Baha Jelaskan Dibalik Perlunya Manusia Shalat Jamaah"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel