Inilah Sikap yang Harus Diambil saat Wabah Corona - TitahKita.com -->

Inilah Sikap yang Harus Diambil saat Wabah Corona

Adi Hidayat
Ustadz Adi Hidayat

Inilah Sikap yang Harus Diambil saat Wabah Corona
---
CORONAVIRUS Disease (Covid-19) masih menjadi pembahasan seksi. Orang yang positif hingga yang sembuh dari terjangkitnya virus tersebut, “hangat” diperbincangkan di sekitar lingkungan kita.

Memantau dari hari ke hari, jumlah positif orang yang terpapar bertambah. Per harinya rata-rata ratusan di Indonesia.

Hingga Senin 6 April 2020 yang dinyatakan positif 2.491 orang. Sembuh 192. Meninggal 209.

Jumlah hingga Rabu 8 April 2020 pagi yang positif 2.738 orang. Sembuh 204. Meninggal 221 -- jumlah yang tidak sedikit.

Untuk memantau perkembangan covid-19, bisa lirik covid19.go.id.

Semoga lekas berlalu pandemi itu. Dari hari ke hari yang sembuh juga banyak -- Aamiin.

Nah, Ustadz Adi Hidayat memberi penjelasan tentang virus yang sampai membuat manusia tersekat dengan manusia lain atau jaga jarak. Bahasa kerennya social distancing.


Ujian Hidup tak Mesti Susah

Sebelum memberi penjelasan apa yang mestinya disikapi terhadap virus tersebut, UAH -- panggilan akrabnya, menyinggung tentang ujian hidup.

“Pada hakikatnya semua yang kita alami dalam kehidupan di dunia ini (adalah) baik. Padahal yang kita pandang menyenangkan atau kita rasakan kurang membahagiakan, seluruhnya adalah ujian dari Allah subhanahu wa ta'ala yang harus kita hadapi,” kata UAH.

Allah berfirman dalam Al Quran Surat ke-21, Al-Anbiya Ayat 35.

“…wa nablụkum bisy-syarri wal-khairi fitnah..”

“Dan kami akan menguji kalian yang hidup dengan beragam ujian. Baik yang terasa tidak menyenangkan ataupun yang dirasakan membahagiakan,” tandas UAH yang duduk di sofa hitam.

Semua ujian ini pada hakikatnya disebutkan dalam Al Quran surah ke-67, Al-Mulk ayat ke-2. Ini sebagai cara supaya kita bisa meningkatkan amal sholeh di hadapan Allah.

Allażī khalaqal-mauta wal-ayāta liyabluwakum ayyukum asanu 'amalā, wa huwal-'azīzul-gafụr.

Dan Dialah, Allah, yang telah mencipta kematian dan juga kehidupan.

Semua ini untuk menguji yang masih hidup.

Bagaimana mereka bisa meningkatkan amal-amal kebaikannya.

Sungguh Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Pengampun.

“Terkadang ada ujian yang sifatnya menghidupkan ya. Ada yang ril, hidup, bayi yang hidup, tumbuh,” tandasnya dalam channel Youtube Adi Hidayat Official.

“Ada juga yang sifatnya kiasan. Membuat keadaan kita lebih hidup ya, mendapat penambahan materi, mendapat promosi jabatan, mendapat segala yang membahagiakan. Sehingga, hidup kita lebih terasa dari sebelumnya.”

BACA JUGA: Takdir Diibaratkan Jalannya Bus

Ada juga yang terasa, barangkali mematikan. Bisa mati dalam keadaan wafat yang sesungguhnya kematian.

Ada juga sisi lainnya, hal yang kita hadapi, yang mematikan hasrat untuk mengerjakannya sesuatu.

Entah itu sifatnya dihadapkan dengan penyakit. Entah itu dihadapkan dengan situasi yang tidak menyenangkan atau yang lainnya.

"Sungguh dua keadaan ini, kata Allah, sesungguhnya berupa ujian untuk menguji ketangguhan kita. Apakah masih sanggup mengerjakan amal sholeh dalam dua situasi itu,” ujarnya -- yang saat memberi penjelasan mengenakan busana atas warna biru.

Karena itulah ada tafsiran yang sangat baik dari Al Imam Thabari ketika menafsirkan Al Quran surah ke-21 ayat 35 di atas.

Terkadang ujian itu datang pada hal yang menyenangkan -- supaya dilihat, bagaimana syukur kita bisa hadir ketika hal yang menyenangkan kita dapatkan.

Dan, terkadang ujian itu datang pada hal yang tidak menyenangkan -- supaya dilihat, bagaimana kesabaran kita menghadapi ujian itu.

“Jadi ada syukur berhadapan dengan kebahagiaan. Ada sabar yang diharapkan muncul pada hal yang tidak menyenangkan,” tandas ustadz bergelar Lc., MA ini.

Sikap Kita Ketika Ujian tak Menyenangkan

Dijelaskanya, karena itulah dalam Al Quran sering kali ujian-ujian yang datang melalui hal yang tidak menyenangkan. Kemudian disandingkan dengan sifat sabar.

Seperti dalam Al Quran surat Al-Baqarah ayat 155.

Wa lanabluwannakum bisyai`im minal-khaufi wal-jụ'i wa naqim minal-amwāli wal-anfusi wa-amarāt, wa basysyiri-ābirīn.

Dan kata Allah, kami akan menguji siapapun yang hidup dengan beragam ujian. 

Yang boleh jadi itu tidak menyenangkan, seperti kekhawatiran, gelisah, takut, rasa lapar, kurangnya harta benda, jiwa yang sakit sampai wafat, atau kerja keras yang diambil orang lain.

“Namun yang paling menarik kata Allah, wa basysyiri-ābirīn, berikan kabar gembira pada orang sabar.”

Terkait dengan covid-19 atau corona ini, tentunya digolongkan pada hal yang tidak kita disenangi. Tidak ada orang yang senang dengan datangnya wabah -- dalam kontek kemanusiaan.

Maka dari itu, ketika kita diuji dengan ujian wabah semacam ini, maka apa sandingannya dalam Al-Quran, apa padanannya dalam hadits.

“Maka Allah telah memberikan jalan kepada kita, bersabar menghadapinya. Bersabar, berikhiar menghadapinya dalam mengatasi wabah ini.”

Perlu diingat, bahwa Nabi Muhammad SAW pernah menyampaikan.

Poinnya dijelaskan UAH.

Dan tidaklah seorang hamba yang mengalami kondisi wabah, kemudian dia menetap di tempat tinggal itu dengan bersabar. Dia banyak mengoreksi diri. Kemudian melihat amal-amal positif yang bisa dikerjakan.

Dan dia menyadari, tidak mungkin kejadian itu bisa terjadi kecuali Allah mengizinkan, menetapkan itu semua.

Maka kalau dia berjuang dengan itu, dia mendapatkan pahala syahid dari Allah SWT -- sekalipun dia wafat, wafat dalam keadaan syahid.

Bagaimana situasi tentang corona ini?

(Ramuan ini, InsyaAllah bisa menangkal corona klik sini)

Maka, pahami ini ujian yang harus kita hadapi dengan penuh kesabaran karena Allah SWT.

Penjelasan Sabar dari UAH

Sabar itu bukan diam

Sabar bukan menunggu pasrah.

Sabar adalah sebuah sikap menerima segala keputusan yang telah Allah tetapkan diiringi ikhtiar untuk mengatasi hal dimaksud.

Dan menyerahkan seluruh hasilnya kepada Allah SWT untuk menerima ridhonya.

“Itulah sabar,” singkat UAH.

Bahkan dalam konteks mengatasi wabah ini, Nabi Muhammad SAW langsung memberikan penjelasan tentang sabar dalam menghadapi wabah -- supaya tidak banyak orang memberikan tafsiran.

Kata Nabi Muhammad, dijelaskan UAH, kalau wabah itu terjadi di suatu tempat, maka cara sabar menghadapinya: karantina wilayah yang telah diketahui ada wabah itu. 

Orang yang di luar wilayah jangan masuk ke situ.

Orang yang di dalam sabar -- jangan keluar karena ingin lari dari wabah. Risikonya bisa menular di wilayah yang tidak terkena wabah.

Dijelaskan UAH, Malaikat Jibril pernah mendatangi Nabi Muhammad. Dan memberi informasi.

Bahwa umat Nabi Muhammad akan diuji dengan demam dan wabah. Nanti banyak yang wafat dalam kondisi itu.

Infonya: demam akan terjadi di Madinah. Wabah akan menyebar di Syam.

Syam sekarang ada empat wilayah -- Palestina, Libanon, Jordania, Sibia

Delapan tahun setelah nabi wafat, tahun 18 Hijriah, tepatnya ketika Khalifah Umar Bin Khattab memimpin hal itu terjadi.

Saat itu, wilayah Islam sudah meluas. Ibu kotanya ada di Madinah. Tapi luasnya wilayah menjangkau sampai Syam.

“Dan benar apa yang disampaikan (Nabi Muhammad),” jelasnya.

Kemudian cara sahabat menangani itu (wabah) -- mempraktikkan petunjuk nabi.

Yang sangat menarik Nabi Muhammad memberikan petunjuk saat beliau hidup tentang karantina hingga tentang bersabar.

Yang paling menarik adalah bagaimana Umar selaku pemimpin bersinergi dengan stekholder negara.

Dijelaskan UAS, Umar membahasnya bersama Amar bin As -- Gubernur di Syam. Lalu Abu Ubadidah bin Al-Jarrah –- pemimpin pasukan (kalau di Indonesia seperti TNI-Polri).

Ada lagi Muadz bin Jabbal – muftinya (ulama yang memiliki wewenang untuk menginterpretasikan teks dan memberikan fatwa).

Semua rapat. Abdurrahman bin Auf sebagai orang yang tahu informasi dari Nabi Muhammad – hadist-hadist nabi terkait dengan wabah.

“Rapat semuanya,” tandas UAH. 

"Bagaimana menyusun tim. Kalau sekarang Gugus, petugas khusus menangani hal tertentu. Didudukan, diskusikan, dibuat sebuah sistem, datanya kemudian dibahas bersama-sama, diselesaikan bareng-bareng.”

Sampai Amar bin Ash menerjemahkan kalimat nabi, sampai dengan memberikan instruksi langsung kepada masyarakat.

Buat social distancing -- menyebar. Ini wabah seperti api. Kalau kita menyatu maka terkena semuanya -- menjalar. Cepatnya seperti api. Tersambar-sambar.

“Maka kata beliau, buat social distancing. Menyebar, menyebar, menyebar bikin kelompok-kelompok. Bahkan kalau perlu ke lembah lembah. Supaya semuanya terlihat ada jarak. Dari situ dipetakan, mana yang terkena, mana yang tidak. Dan, mudah untuk diambil, kemudian tindakan mengatasi itu.”

Itu diantaranya.

“Jadi poinya adalah mesti ada ihktiar yang konkrit dalam konteks menghadapi ini. Dalam menerjemahkan kalimat sabar, tidak hanya diam pada pernyataan sabar menerima begitu saja.” (titahkita.com)

SHARE KONTEN DAKWAH BERPAHALA
“Barang siapa yang menunjuki kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya." HR. Muslim no. 1893

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Inilah Sikap yang Harus Diambil saat Wabah Corona"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel