Ketakutan pada Corona Ubah Menjadi Ketakutan Berkurangnya Ibadah
Ketakutan pada Corona Ubah Menjadi Ketakutan Berkurangnya Ibadah
---
CORONA virus disease
atau covid 19 menjadi ancaman dunia. Virus yang bisa mengancam keselamatan
nyawa manusia itu terus menjadi bayang-bayang.
Tapi
jangan panik dan khawatir berlebihan. Tetap waspada.
Dalam
ceramahnya, Kyai Haji (KH) Bahauddin bin Kyai Nursalim, yang biasa disapa
Gus Baha, sempat menyinggung tentang covid 19 atau virus corona.
Permulaan
diceritakan, pernah suatu ketika Sayyidina Ali bin Abi Thalib, khalifah keempat
dalam ancaman pembunuhan. Sayyidina Ali musuhnya banyak. Tetapi atas dasar
keyakinan, menjalankan ibadah sholat pun terbiasa tanpa dikawal.
“Syayidina
Ali kalau mau sholat tetap biasa. Sholat tanpa dikawal,” kata Gus Baha yang merupakan murid dari KH Maimun Zubair atau Mbah Moen Rembang.
Ketika
ditanya.
“Kenapa
tidak takut kematian, padahal yang ingin membunuh engkau banyak.”
Jawaban
Syayidina Ali itu unik.
“Khisny Ajali. Saya masih hafal
ta’birnya. Khisny utawi benteng ingsun
(Khisny atau benteng saya). Iku ajali, jatah ajal (jatah kematian),”
jelas Gus Baha dalam video di channel
Youtube Ngaji Bareng.
Meski
manusia hendak dibunuh. Dalam ancaman virus corona, tetap kematiannya sesuai
waktunya. Tidak dapat diajukan satu detik, tidak dapat diundurkan satu detik.
(Minuman ini mampu tangkal corona: silahkan klik sini)
(Minuman ini mampu tangkal corona: silahkan klik sini)
Wa likulli ummatin ajal, fa iżā jā`a
ajaluhum lā yasta`khirụna sā'ataw wa lā yastaqdimụn. (Al-A’raf 34)
Artinya:
Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu;
maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang
sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.
“Kita
diancam, nuwun sewu (permisi) mau
dibunuh orang, ada ancaman corona, ada kolera, ada apa-apa, tetap kamu mati ya
sesuai kontrak.”
“Ya
sudah gitu aja. Khisny ajali.”
Meski
begitu bukan berarti tanpa ikhtiar, tanpa usaha. Tetap berjuang mempertahankan
kesehatan atau berjuang untuk hidup.
“Ya usahalah.”
“Kamu
ngo (pakai) masker, ben maskere laris (biar maskernya laku
keras),” seloroh Gus Baha yang biasa pakai peci agak dinaikan sedikit di
bagian depan.
Tetapi
perlu diingat. Seandainya bisa melihat Lauhul
Mahfud, bahwa matinya ditulis karena sebab kecelakaan, kemudian memakai
masker karena takut corona, yakinlah corana tidak menjadi sebab kematian.
Kemudian.
“Kamu
ditakdirkan mati karena buruk gizi, tapi kamu pakai masker terus. Betapa Isroil
(malaikat pencabut nyawa) menertawakan kamu,” tandasnya dalam video dengan
judul "Gus Baha Terbaru || Membahas tentang Corona".
Apalagi
kalau sudah ditulis mati kekurangan gizi. “Terus seumur-umur pakai masker
terus,” jamaah tertawa.
“Apalagi ditakdirkan mati karena dibentak istri. Terus pakai masker terus,” jamaah tertawa lagi lebih keras.
“Apalagi ditakdirkan mati karena dibentak istri. Terus pakai masker terus,” jamaah tertawa lagi lebih keras.
Semua
hal di atas, meninggal karena kecelakaan, meninggal karena gizi buruk,
meninggal karena dibentak istri tidak ada korelasinya dengan memakai masker.
“Kan
gak ada hubunganya,” tegasnya dalam pengajian Haul ke-3 Ketua Umum PBNU Periode
1999-2010, KH Hasyim Muzadi, di Pondok Pesantren Al Hikam, Depok, baru-baru
ini.
Gus Baha
berpesan, kalau kita takut corona, yang ditekankan pada takut sakit. Sebab
dalam kondisi sakit akan merepotkan orang. Sujudnya (sujud dalam sholat)
menjadi berkurang.
“Jadi
ketakutan kamu terhadap kekurangan aktivitas ibadah. Kalau itu baru Islami,
baru bener (benar). Benar-benar
datang ke pengajian hikam ini,” tandasnya. (titahkita.com)
SHARE KONTEN DAKWAH BERPAHALA
“Barang siapa yang menunjuki kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya." HR. Muslim no. 1893
0 Response to "Ketakutan pada Corona Ubah Menjadi Ketakutan Berkurangnya Ibadah"
Post a Comment