Bisa-bisa Kecewa Berat Kalau Tak Pahami Konsep Ini
Dec 1, 2019
Edit
---
USTADZ
Abdul Somad selalu berbicara lantang dalam setiap ceramah. Tak pernah surut
semangat dalam menyampaikan nilai-nilai kebenaran.
Saat
membahas tentang barang kepemilikan, suaranya menggelegar. Mengebu-gebu.
Tentu kita tahu, apa yang dimiliki di dunia ini sifatnya tidak akan abadi. Akan lenyap di suatu waktu tertentu, seiring waktu berjalan.
Suami,
istri, anak, harta, jabatan, kendaraan tidak kekal di dunia ini. Semua itu akan
tidak ada pada masanya. Itu pasti.
Menganggap
semuanya menjadi barang kepemilikian: bisa dimiliki selamanya, jika suatu waktu
tidak ada --hilang--, maka akan muncul rasa kecewa. Kecewa berat. Stres Berat.
“Salah
satu yang membuat manusia kehilangan, ketika dia merasa memiliki. Ini punya
saya! Ini milik saya! Kalau orang sudah terlampau memiliki. Maka ketika hilang,
muncul kekecewaan,” kata Ustadz Abdul Somad LC,.MA.
“Karenanya jangan pernah merasa memiliki hak mutlak.”
Semua
merupakan titipan Allah.
Diibaratkan
sebagai penjaga barang. Tukang parkir.
Mobilnya
diambil pemiliknya. Tak masalah.
Motornya
diambil pemiliknya. Silahkan.
Tugasnya
hanya menjaga amanah. Tidak memiliki.
“Tapi
kalau pemiliknya mengambil mengapa marah? Memang bukan punya kita kok,” ujarnya
dalam channel Youtube Dakwah Pendek dengan judul “Semuanya Hanyalah Titipan -
Ceramah Pendek Ustadz Abdul Somad Lc.,MA 1 Menit”.
“Jangan
disangka punya kita,” ucap ustadz asal Sumatera Utara itu dalam penggalang
ceramahnya.
Maka
muncul ujung surat Al-Baqarah. Ayat 284.
Lillāhi mā fis-samāwāti wa
mā fil-arḍ.
Artinya:
"Kepunyaan Allah-lah segala apa yang
ada di langit dan apa yang ada di bumi."
“Asar
dibaca sekali. Subuh dibaca sekali. Itu bukan mantra," ujarnya dengan nada
lantang.
"Kita sedang diingatkan, pagi sekali, sore sekali. Lillāhi mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ. Apa yang di langit apa yang di langit, Lillah. Bukan punya kamu,” jelasnya. (titahkita.com)