Habib Novel Alaydrus Berbagi Wejangan Wali
Jan 2, 2020
Edit
---
HABIB Novel Alaydrus mengucap salam. Lalu memberikan perkataan
singkat sebagai pengantar. Beliau yang sambil memegang kitab bersampul biru
mengajak untuk mengkaji kitab kuning; kitab klasik kertasnya berwarna kuning.
“Kitab yang saya pegang ini, kitab kuning yang betul-betul asli.
Tulisan tangan ya, tulisan tangan," ucap Habib seraya menunjukkan
huruf-huruf hijaiyah bertinta hitam.
"Ini merupakan kitab yang berisi
nasihat-nasihat. Wejangan-wejangan,” tambahnya dengan iringan senyum.
Kitab yang akan dibahasnya merupakan
kitab karangan dari Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husain Al-Habsyi, salah
seorang wali.
“Yang mana kakak beliau adalah guru
daripada Syeh Hasyim Asy’ari.”
Habib yang merupakan pimpinan majelis
ilmu dan dzikir Ar-Raudhoh, Surakarta, Jawa Tengah mengingatkan dan mengajak
agar hati selalu disirami.
“Kalau hati kita, kita sirami dengan
kalimat-kalimat, nasihat orang-orang solih. InsyaAllah hati kita akan hidup.
Tapi kalau hati tidak disirami. Ya seperti tumbuhan. Kalau tumbuhan tidak
disirami, lama-lama layu. Terus mati. Naudzubillah min dzalik.”
-- Naudzubillah min dzalik memiliki
arti "Kami berlindung kepada Allah dari perkara itu”. Kalimat ini dapat dimaknai sebagai
doa agar dijauhkan dari sesuatu yang dianggap buruk --.
Duduk di kursi, berlatar belakang kitab-kitab, Habib memberikan
keterangan bahwa pengarang pernah menyampaikan wejangan-wejangan secara santai. Yang disampaikan kepada teman-temannya, waktu lampau.
Wejangan yang terkandung tentang
kehidupan. Yang tak lepas dengan keseharian kita. Orang yang ingin hidupnya
berhasil, dalam suasana tenang, bisa mengambil refrensi dari
wejangan-wejangannya.
“Ini nasihat yang luar biasa,” tutur
Habib yang mengenakan pakaian dengan lengan panjang warna putih.
“Kalau kita lihat. Katanya Habib Ali
(Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husain Al-Habsyi). Perkaranya itu, yang jadi
sumber keberhasilan seseorang; orang mau berhasil, orang mau urusannya jadi
beres semuanya, hidupnya enak, hidupnya nyaman, hatinya tenang, pikirannya gak
kacau, adalah: merasa betul-betul butuh kepada Allah Yang Maha Pengampun.”
Begitu jelas Habib Novel dalam
kalimatnya dalam sebuah video berdurasi 6 menit 1 detik di channel Youtube Habib
Novel Alaydrus dengan judul “Ilmu Para Wali Agar Hidup Jadi Mudah”.
Diterangkan lebih lanjut, jika manusia
betul-betul butuh kepada Allah, setiap saat, butuhnya hanya kepada Allah saja
-- tidak ada sandara lain selain-Nya --, dengan begitu, maka tentu hidupnya akan menjadi enak, jadi nyaman.
Bila ada sesuatu hal yang mengganjal,
dirasa berat, penuh masalah, tunjukkan saja semua kepada Allah. Laporkan
kebutuhan kepada Allah. Tunjukkan semua kafakiran kepada Allah. Tak punya ini,
tak punya itu tunjukkan ke Allah semata.
Tentunya. Semua yang kita tunjukkan
itu, kita dalam kondisi sadar. Menyadarinya kalau dalam kondisi benar-benar
butuh kepada-Nya. Hanya kepada-Nya.
“Dan kamu ngerti, sekarang lagi
menunjukkan kepada siapa? Melaporkan kepada siapa? kepada Allah Yang Maha
Kuasa, Yang Maha Kaya, Yang Maha Bisa. Dan, tidak ada yang lain yang ada hanya
Allah SWT,” tutur Habib yang masih memegang kitab tebal itu.
“Kalau sungguh-sungguh seperti itu. Kau
laporkan kebutuhanmu. Dan kamu paham Allah Maha Bisa. Allah Maha Kuasa. Dan
hanya Allah yang bisa. Allah yang kuasa. Maka, segala urusan menjadi mudah.
Tidak ada yang berat.”
Kemudian akan menjadi persoalan
tersendiri, jika semau-maunya diri sendiri, inginya sesuai pikiran diri sendiri, sesuai pola pikir manusia, pinginya semua ingin segera terwujud.
“Pinginnya kita, yang sesuai kita
rencanakan. Padahal yang bisa merencanakan hanyalah Allah SWT. Manusia tak
punya rencana. Yang ngatur semua adalah Allah SWT.”
Baiknya sebagai manusia, menyerahkan
segala pelik kehidupan ke Allah SWT.
“Biar Allah yang ngatur semua.”
“Yang penting kamu tunjukkan hajatmu.
Yang kamu lakukan yang kamu bisa. Bisanya apa? Yang sesuai syariat dijalani.
Tapi yang ngatur Tuhan. Yang ngatur Allah SWT.”
“Ya kalau kita ngatur Allah SWT, kacau
hidup ini. Akhirnya menjadi putus asa, menjadi orang yang lemah, orang yang
mudah goyah, dan jatuh.”
Kita mesti sadar. Terkadang, manusia
masih mengandalkan kemampuan yang dimilikinya, mengandalkan ilmu pengetahuan
yang melekat di dirinya, mengandalkan kekuatan saudara, mengandalkan kekuatan
teman, mengandalkan kepada yang disandar, mengandalkan ke harta benda, uang,
properti, dan lainnya.
“Tenyata yang terjadi di luar itu
(diluar yang diingikan), akhirnya stres. Tapi kalau sejak awal menunjukkan
tidak bisa. Ya Allah, Engkau Yang Maha Bisa. Saya butuh ini ya Allah. Saya
ingin ini ya Allah. Maka menjadi mudah.”
“Tinggal kita bergerak, bergerak. Kata
orang Jawa obah, mamah. Orang tidak bergerak nanti tidak bisa
makan. Kalau mau bergerak, nanti berkah. Seperti ini nasihat-nasihatnya.”
Habib Novel setelah memberi penjelas
kemudian menutup di dalam video tersebut.
“Kesempatan yang lain, kita akan
belajar buku-buku yang lain,” tutup Habib sebelum mengakhiri salam. (titahkita.com)
SHARE KONTEN DAKWAH BERPAHALA
“Barang siapa yang menunjuki kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya." HR. Muslim no. 1893