Ustadz Adi Hidayat Beberkan Kunci agar Hati Menjadi Tenang
Dec 13, 2019
Edit
Ustadz Adi Hidayat |
---
BERKACAMATA.
Hafal baris per baris ayat-ayat Al-Quran sudah menjadi ciri khas Ustadz Adi
Hidayat.
Letaknya
di surat apa? Ayat berapa? Posisinya di mana? atas, bawah, atas kanan, atas
kiri? Ketika ditanya, ustadz muda itu dipastikan bisa menjawab dengan benar.
Ceramah-ceramahnya
juga jelas. Mampu menggugah hati. Mudah diterima akal sehat. Runtut berbicara.
Kesempatan
ini, Ustadz Adi Hidayat -- selanjutnya UAH -- menjelaskan kunci agar hidup bisa
menjadi tenang.
Ada
beberapa bagian yang dijelaskan. Seperti, dalam channel Youtube Afterife Fighters
dengan judul “Untukmu Yang Sedang Mencari Ketenangan Jiwa | Ustadz Adi Hidayat
Lc., Ma”.
Diutarakan,
pada intinya, ketenangan jiwa seseorang ada kaitannya dengan ibadah shalat: entah itu wajib maupun sunah. Shalat juga bagian dari dzikir, mengingat Allah.
Shalat
yang asal shalat, tanpa memperhatikan ketentuan-ketentuan shalat, bisa
menjadikan shalatnya kurang benar.
Maka
shalat pun perlu dipelajari dengan mendalam. Pernah ada ustadz yang bilang,
kursus bukan hanya bahasa Inggris saja, tapi juga "kursus shalat".
“Kalau
shalat Anda benar, hati tenang,” kata UAH dalam penggalang ceramahnya.
Hati
yang tenang akan berdampak bisa mengendalikan diri. Kita tahu, bahwa, musuh
terbesar ada diri sendiri, hawa nafsu diri sendiri.
“Ciri
hati yang tenang, dia bisa mengendalikan hawa nafsu dalam kehidupannya.
Sehingga muncul yang baik-baik di sini.”
Lalu
bagaimana jika sudah mendirikan shalat, tetapi belum berdampak pada ketenangan
hati?
“Kalau
teman-teman sudah shalat lima kali dalam sehari. Tambah dengan sunahnya. Tapi,
hatinya belum tenang, pasti ada yang kurang tepat dalam shalatnya,” jelas pria
kelahiran 11 September 1984 itu.
“Karena
jangankan shalat, tempat untuk shalat saja disebutkan tempat paling
menenangkan.”
Hal
itu sebagaimana dalam Surat Al-Baqarah ayat 125. Artinya:
Dan
(ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi
manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat
shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail:
"Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang
ruku' dan yang sujud".
“Di
Baitullah (kakbah), tenang jiwa Anda. Dan hebatnya, lingkarannya disebut dengan
masjid. Masjid pun punya aura yang mirip-mirip sama.”
UAH
menantang. Agar kita membuktikannya. Yang perlu dicoba simpel saja. Dari rumah
pergi ke masjid lalu pulang.
“Gak
percaya silahkan (dicoba). Anda dari rumah datang ke masjid. Begitu pintu
dibuka, melangkah (dalam masjid), ada ketenangan tersendiri.”
Sahabat
nabi dulu juga ada yang melakukan hal semacam itu. Usai menjalankan aktivitas
keseharian, ketika hendak menuju rumah -- pulang -- sahabat tidak langsung
menuju ke rumah. Tapi mampir ke masjid terlebih dahulu.
“Makanya
saya beri saran sedikit ya. Ikuti pola sahabat dulu. Mereka pun, apapun
pekerjaannya. Ada pengusaha, ada pedagang, macam-macam, itu, kalau selesai
bekerja, itu gak langsung pulang ke rumah. Mereka mampir ke masjid. Begitu
keluar dari masjid, yang dibawa itu aura masjid.”
“Jadi
nyampai rumah itu bukan aura pekerjaan.”
Ada
efek berbeda. Rasakan. Antara langsung pulang ke rumah dan mampir masjid
sebelum pulang.
“Kadang-kadang.
Kalau pulang ke rumah yang dibawa kaitanya dengan pekerjaan, menumpuk. Sehingga
kadang-kadang banyak kegelisahan.”
“Coba
mampir (masjid), begitu keluar sudah ada ketenangan dalam jiwa. Enak, tenang,
saking tenangnya masuk (masjid), (ditambah) shalat dua rakaat, lebih tenang
lagi.” (titahkita.com)
SHARE KONTEN DAKWAH BERPAHALA
“Barang siapa yang menunjuki kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya." HR. Muslim no. 1893
SHARE KONTEN DAKWAH BERPAHALA
“Barang siapa yang menunjuki kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya." HR. Muslim no. 1893