Hidup Sumpek, Banyak Masalah, ini Cara Mengatasinya - TitahKita.com -->

Hidup Sumpek, Banyak Masalah, ini Cara Mengatasinya

Habib Novel Alaydrus
Hidup Sumpek, Banyak Masalah, ini Cara Mengatasinya
---
HIDUP di dunia.

Manusia tak lepas dari kesenangan. Tak lepas dari kesusahan. Orang kaya raya tak selamanya bahagia. Orang miskin tak selamanya menderita.

Ada titik putih. Ada titik hitam.

Bisa dikatakan susah karena ada pembandingnya. Yaitu, orang bahagia. Begitu sebaliknya.

Terkait kesusahan. Nah, orang terkadang mengaitkan dengan nilai-nilai agama: 'Sudah mendekat diri dengan Tuhan, kok banyak susahnya. Masih saja susah.'

Sudah shalat lima waktu, jamaah di masjid, sering shalat tahajud, shalat dhuha, baca Al-Quran, dzikir. Tapi, masih ditimpa kesusahan terus.

“Njenengan (Anda) shalat, baca Al-Quran, dzikir, pengajian. Betul?" tanya Habib Novel Alaydrus dalam video di Youtube.

“Tapi kok masih begitu (banyak masalah).”

Diceritakan. Pernah ada seorang pemuda merasakan hal seperti itu. Lalu menghadap ke Abu Yazid Al-Bustami. Seorang sufi. Hidup di abad III Hijriyah. Berkebangsaan Persia.

“Wahai guru. Di saat orang tidur terlelap, saya ditemani bintang-bintang. Yang lain pada tidur, saya bangun tahajud."

“Saat orang lupa, saya ingat dzikir.”

“Orang lupa halal-haram, saya ingat mana yang halal, mana yang haram,” tuturnya.

Ini pemuda taatnya luar biasa. Tapi kenapa susah terus.

Jawab sang guru.

“Perbaiki penampilanmu, ceriahkan wajahmu, maka akan berubah hidupmu."

Habib Novel menegaskan perintah itu adalah perkara yang sepele. Tidak berat. Bisa dibilang ringan.

“Jadikan penampilanmu rapi, wajahmu buat berseri-seri.”

"Abu Yazid tak ngomong perbanyak tahajud dan lain-lain."

Ini yang juga perlu disikapi dalam kehidupan rumah tangga. Misalnya, suami sering dipijat istri, diurus istri, diladeni istri, dijamu istri. Ketika keluar rumah, suami jangan tampak lesu, jangan tampak muram.

Kalau itu sampai terjadi, nanti dikira orang lain, istri tidak mengurus suami, tidak perhatian pada suami. Baiknya, tunjukkan ke orang lain, rasa semangat, optimis, wajah segar, sumringah.

Kemudian dari nikmat yang diberikan Allah ke kita.

Ingat! Allah itu mengurus manusia: kaki bisa untuk jalan, dikasih mata bisa melihat, telinga bisa mendengar, hidung bisa bernafas, lidah bisa merasa. Karenanya, jangan nampakkan kesusahan, kesumpekan, penuh masalah.

“Kalau begitu (sudah dikasih nikmat tapi mengeluh terus) nanti Allah yang marah. Sudah dikasih kok (mata, hidung dan lainnya) begitu terus. Sumpek, masalah. Sumpek, masalah.”

Dituturkan, Allah itu senang, kalau hamba menunjukkan nikmat-nikmat yang diberikan.

“Kalau Allah kasih sehat. Tunjukkan sumringah gitu to. Kok angel (kok sulit). Mesemo, Mesem (senyumlah-senyum).”

"Tapi saya banyak masalah. Masalah simpenen (disimpan). Ojo diwuduh-wuduhno (jangan dilihat-lihatkan)."

Contoh lagi:

“Anaknya mendeket. Sori nak, bapak banyak masalah," tambahnya.

"Istrinya mendekat. Jangan dekat-dekat buk, bapak lagi banyak masalah."

Temannya datang juga bilang begitu.

Tunjukkan itu nikmat. Simpan masalah dalam hati. Ada nikmat dari Tuhanmu. Disebut-sebutkan saja. Alhamdullilah sehat. Alhamdulillah anak-anak seha, walau sebenarnya bergunung masalah.

Kerjaan? Alhamdulillah rezeki datang dari mana-mana. Walau sebenarnya tidak punya uang.

Atas sebab itulah, Allah bisa menambah kenikmatan. Nikmat jadinya.

Contoh lagi:

"Ibu-ibu, yang membuat suami rezekinya seret (sulit) itu, bojo-bojo sing kakean polah, lambene turah (istri-istri yang banyak tingkah, sering memaki)."

"Maki-maki suaminya."

"Allah tidak senang."

"Yang memberi rezeki itu Allah."

Ketika suami pulang kerja dipuji saja.

"Alhamdulillah engkau pulang dengan sehat, walau tidak bawa uang."

Contoh lagi:

Tunjukkan juga yang indah-indah.

“Lha njenengan gimana mau sugih (kaya). Lha koas bolong (berlubang) aja dipakai.”

Ganti yang baru. Beli baru. Pakai yang bagus.

Ketika beli makanan di tempat kuliner.

"Harus dinikmati. Beli makan, jangan mikir sing paling murah. Golek (cari) yang paling enak. Yang penting cukup."

“Tunjukan kamu dalam nikmat. Maka kamu layak mendapatkan nikmat. Karena menujukkan nikmat bagian dari syukur," tegas Habib Novel.

Allah akan menambah nikmat bagi hambanya yang bersyukur. (titahkita.com)

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel