Hidup Sumpek, Banyak Masalah, ini Cara Mengatasinya
Nov 8, 2019
Edit
---
HIDUP
di dunia.
Manusia
tak lepas dari kesenangan. Tak lepas dari kesusahan. Orang kaya raya tak
selamanya bahagia. Orang miskin tak selamanya menderita.
Ada
titik putih. Ada titik hitam.
Bisa
dikatakan susah karena ada pembandingnya. Yaitu, orang bahagia.
Begitu sebaliknya.
Terkait
kesusahan. Nah, orang terkadang mengaitkan dengan nilai-nilai agama: 'Sudah
mendekat diri dengan Tuhan, kok banyak susahnya. Masih saja susah.'
Sudah
shalat lima waktu, jamaah di masjid, sering shalat tahajud, shalat dhuha,
baca Al-Quran, dzikir. Tapi, masih ditimpa kesusahan terus.
“Njenengan
(Anda) shalat, baca Al-Quran, dzikir, pengajian. Betul?" tanya Habib Novel
Alaydrus dalam video di Youtube.
“Tapi
kok masih begitu (banyak masalah).”
Diceritakan.
Pernah ada seorang pemuda merasakan hal seperti itu. Lalu menghadap ke Abu
Yazid Al-Bustami. Seorang sufi. Hidup di abad III Hijriyah. Berkebangsaan
Persia.
“Wahai
guru. Di saat orang tidur terlelap, saya ditemani bintang-bintang. Yang lain
pada tidur, saya bangun tahajud."
“Saat
orang lupa, saya ingat dzikir.”
“Orang
lupa halal-haram, saya ingat mana yang halal, mana yang haram,” tuturnya.
Ini
pemuda taatnya luar biasa. Tapi kenapa susah terus.
Jawab
sang guru.
“Perbaiki
penampilanmu, ceriahkan wajahmu, maka akan berubah hidupmu."
Habib
Novel menegaskan perintah itu adalah perkara yang sepele. Tidak berat. Bisa
dibilang ringan.
“Jadikan penampilanmu rapi, wajahmu buat berseri-seri.”
"Abu
Yazid tak ngomong perbanyak tahajud dan lain-lain."
Ini
yang juga perlu disikapi dalam kehidupan rumah tangga. Misalnya, suami sering
dipijat istri, diurus istri, diladeni istri, dijamu istri. Ketika keluar rumah, suami jangan tampak lesu, jangan tampak muram.
Kalau
itu sampai terjadi, nanti dikira orang lain, istri tidak mengurus suami, tidak
perhatian pada suami. Baiknya, tunjukkan ke orang lain, rasa semangat, optimis, wajah segar, sumringah.
Kemudian
dari nikmat yang diberikan Allah ke kita.
Ingat!
Allah itu mengurus manusia: kaki bisa untuk jalan, dikasih mata bisa melihat,
telinga bisa mendengar, hidung bisa bernafas, lidah bisa merasa. Karenanya,
jangan nampakkan kesusahan, kesumpekan, penuh masalah.
“Kalau
begitu (sudah dikasih nikmat tapi mengeluh terus) nanti Allah yang marah. Sudah
dikasih kok (mata, hidung dan lainnya) begitu terus. Sumpek, masalah. Sumpek,
masalah.”
Dituturkan, Allah itu senang, kalau hamba menunjukkan nikmat-nikmat yang diberikan.
“Kalau
Allah kasih sehat. Tunjukkan sumringah gitu to. Kok angel (kok sulit). Mesemo,
Mesem (senyumlah-senyum).”
"Tapi
saya banyak masalah. Masalah simpenen (disimpan). Ojo diwuduh-wuduhno (jangan
dilihat-lihatkan)."
Contoh
lagi:
“Anaknya
mendeket. Sori nak, bapak banyak masalah," tambahnya.
"Istrinya
mendekat. Jangan dekat-dekat buk, bapak lagi banyak masalah."
Temannya
datang juga bilang begitu.
Tunjukkan
itu nikmat. Simpan masalah dalam hati. Ada nikmat dari Tuhanmu.
Disebut-sebutkan saja. Alhamdullilah sehat. Alhamdulillah anak-anak seha, walau sebenarnya bergunung masalah.
Kerjaan? Alhamdulillah rezeki datang dari mana-mana. Walau sebenarnya tidak punya uang.
Atas sebab itulah, Allah bisa menambah kenikmatan. Nikmat jadinya.
Contoh
lagi:
"Ibu-ibu, yang membuat suami rezekinya seret (sulit) itu, bojo-bojo sing kakean polah,
lambene turah (istri-istri yang banyak tingkah, sering memaki)."
"Maki-maki
suaminya."
"Allah
tidak senang."
"Yang
memberi rezeki itu Allah."
Ketika
suami pulang kerja dipuji saja.
"Alhamdulillah
engkau pulang dengan sehat, walau tidak bawa uang."
Contoh
lagi:
Tunjukkan
juga yang indah-indah.
“Lha
njenengan gimana mau sugih (kaya). Lha koas bolong (berlubang) aja dipakai.”
Ganti
yang baru. Beli baru. Pakai yang bagus.
Ketika
beli makanan di tempat kuliner.
"Harus
dinikmati. Beli makan, jangan mikir sing paling murah. Golek (cari) yang paling enak.
Yang penting cukup."
“Tunjukan
kamu dalam nikmat. Maka kamu layak mendapatkan nikmat. Karena menujukkan nikmat
bagian dari syukur," tegas Habib Novel.
Allah akan menambah nikmat bagi hambanya yang bersyukur. (titahkita.com)