Takdir Diibaratkan seperti Jalannya Bus
Nov 8, 2019
Edit
KH Imron Jamil |
Takdir Diibaratkan seperti Jalannya Bus
---
ANGIN
berhembus ringan. Daun tanaman di pot sesekali bergerak. Ini menjadi pengiring
ceramah Kyai Haji (KH) Imron Jamil -- pengasuh Pondok Kyai Mojo, Jombang, Jawa
Timur.
Matahari
sudah tenggelam. Jamaah tetap konsen menyimak tutur kata demi kata.
Kalau
naik bus. Yang jalan busnya atau pohonnya?
Begitulah
inti pertanyaan yang dilontarkan beliau.
Jamaahnya
berpakaian heterogin. Tidak putih-putih semua. Ada bapak yang memakai baju
lengan panjang, batik. Ada ibu berjilbab hitam, panjang.
Dengan
intonasi tinggi, kyai kharismatik itu berucap kembali.
Busnya
atau pohonnya?
Jawaban
dari jamaah: ada yang menjawab bus, ada yang menjawab pohon. Tapi mayoritas menjawab
pohon.
KH Imron Jamil dengan pakaian putih itu, termasuk pecinya -- sorbannya warna
hijau -- kemudian bertutur kembali.
Kalau
diserap dengan mata. Maka yang jalan pohonnya. Kalau diserap dengan akal. Maka
yang jalan busnya.
Beliau
memisalkan bus tersebut jalan dari Demak, Jawa Tengah ke Malang, Jawa Timur. Di
sekeliling jalan ada pepohonan -- tentunya.
Busnya
yang jalankan?
KH Imron Jamil melanjutkan perkataan.
Bus
diibaratkan sebagai takdir.
Perilaku
penumpangnya adalah ihktiar.
Sehingga kalau orang lari di dalam bus -- sekencang apapun -- tidak akan mempengaruhi
kecepatan bus.
Kalau
lari ke arah berlawanan arah jalannya bus, tidak akan menghambat atau
memperlambat laju bus.
Begitulah
takdir. Takdir diibaratkan seperti jalannya bus. Orang naik bus tingkah lakunya
seperti apapun, tidak akan merubah cepat lambatnya bus.
“Mulane
wong ihtiare koyo opo, yo mung mlayu ning duwur kendaraan, takdir mau. (Maka
ihktiar kaya apapun, ya hanya berjalan di atas kendaraan, takdir tadi),” kata KH
Imron Jamil.
“Sing
mlaku takdire (Yang jalan takdirnya),” tambahnya dalam video di channel Youtube
Ngaji Agomo.
Maka
dari itu, imbuhnya, manusia tidak perlu mengurus hidup dengan susah payah. Yang
mengurus biar Tuhan saja.
“Urip
wis ono sik ngurus (hidup sudah ada yang mengurus), Allah.”
Tinggal
manusia mau diurus atau tidak. Nurut atau tidak.
“Kalau
kamu manut ya enak,” tandasnya dalam video dengan judul "Al Hikam KH Imron
Jamil Ikhtiar Tidak Merubah Takdirmu".
Manut
atau menurut pada perintahnya. Manut untuk menjauhi larangannya.
Syarat manut harus bisa menghilangkan keingginan diri sendiri. Mampu
mengalahkan hawa nafsu diri. (titahkita.com)
SHARE KONTEN DAKWAH BERPAHALA
Tinggalkan Pesan di Kolom Komentar
SHARE KONTEN DAKWAH BERPAHALA
“Barang siapa yang menunjuki kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya." HR. Muslim no. 1893