Takdir Diibaratkan seperti Jalannya Bus - TitahKita.com -->

Takdir Diibaratkan seperti Jalannya Bus

KH Imron Jamil
Takdir Diibaratkan seperti Jalannya Bus 
---
ANGIN berhembus ringan. Daun tanaman di pot sesekali bergerak. Ini menjadi pengiring ceramah Kyai Haji (KH) Imron Jamil -- pengasuh Pondok Kyai Mojo, Jombang, Jawa Timur.

Matahari sudah tenggelam. Jamaah tetap konsen menyimak tutur kata demi kata.

Kalau naik bus. Yang jalan busnya atau pohonnya?

Begitulah inti pertanyaan yang dilontarkan beliau.

Jamaahnya berpakaian heterogin. Tidak putih-putih semua. Ada bapak yang memakai baju lengan panjang, batik. Ada ibu berjilbab hitam, panjang.

Dengan intonasi tinggi, kyai kharismatik itu berucap kembali.

Busnya atau pohonnya?

Jawaban dari jamaah: ada yang menjawab bus, ada yang menjawab pohon. Tapi mayoritas menjawab pohon.

KH Imron Jamil dengan pakaian putih itu, termasuk pecinya -- sorbannya warna hijau -- kemudian bertutur kembali.

Kalau diserap dengan mata. Maka yang jalan pohonnya. Kalau diserap dengan akal. Maka yang jalan busnya.

Beliau memisalkan bus tersebut jalan dari Demak, Jawa Tengah ke Malang, Jawa Timur. Di sekeliling jalan ada pepohonan -- tentunya.

Busnya yang jalankan?

KH Imron Jamil melanjutkan perkataan.

Bus diibaratkan sebagai takdir.

Perilaku penumpangnya adalah ihktiar.

Sehingga kalau orang lari di dalam bus -- sekencang apapun -- tidak akan mempengaruhi kecepatan bus.

Kalau lari ke arah berlawanan arah jalannya bus, tidak akan menghambat atau memperlambat laju bus.

Begitulah takdir. Takdir diibaratkan seperti jalannya bus. Orang naik bus tingkah lakunya seperti apapun, tidak akan merubah cepat lambatnya bus.

“Mulane wong ihtiare koyo opo, yo mung mlayu ning duwur kendaraan, takdir mau. (Maka ihktiar kaya apapun, ya hanya berjalan di atas kendaraan, takdir tadi),” kata KH Imron Jamil.

Sing mlaku takdire (Yang jalan takdirnya),” tambahnya dalam video di channel Youtube Ngaji Agomo.

Maka dari itu, imbuhnya, manusia tidak perlu mengurus hidup dengan susah payah. Yang mengurus biar Tuhan saja.

“Urip wis ono sik ngurus (hidup sudah ada yang mengurus), Allah.”

Tinggal manusia mau diurus atau tidak. Nurut atau tidak.

“Kalau kamu manut ya enak,” tandasnya dalam video dengan judul "Al Hikam KH Imron Jamil Ikhtiar Tidak Merubah Takdirmu".

Manut atau menurut pada perintahnya. Manut untuk menjauhi larangannya.

Syarat manut harus bisa menghilangkan keingginan diri sendiri. Mampu mengalahkan hawa nafsu diri. (titahkita.com)

Tinggalkan Pesan di Kolom Komentar

SHARE KONTEN DAKWAH BERPAHALA
“Barang siapa yang menunjuki kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya." HR. Muslim no. 1893

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel