KH Imron Jamil Bedah Kerja dan Sukses, Sempat Singgung Gus Dur - TitahKita.com -->

KH Imron Jamil Bedah Kerja dan Sukses, Sempat Singgung Gus Dur

KH Imron Jamil
KH Imron Jamil Bedah Kerja dan Sukses, Sempat Singgung Gus Dur
---
MUNGKIN.

Sudah sejak dulu di antara kita beranggapan: kerja akan selalu membuahkan kesuksesan, menghasilkan pundi-pundi rupiah.

Di otak sudah terkonsep. Dengan kerja otomatis uangnya berlimpah ruah.

Anggapan itu tidaklah salah. Bisa menjadi motivasi diri. Tapi apakah kerja pasti membuahkan kesuksesan? Yang ukuran kesuksesannya adalah uang berlimpah. Itu belum tentu.

KH Imron Jamil membedah hal tersebut.

“Kalau saya bekerja keras maka saya pasti akan sukses. Kalau saya beramal sungguh-sungguh maka saya pasti masuk surga."

"Itu namanya mengaitkan amal (perbuatan/pekerjaan) dengan hasil,” kata pengasuh Pondok Pesantren Kyai Mojo, Jombang, Jawa Timur ini -- dalam video di Youtube.

Jika hal tersebut dibenturkan dengan tauhid tidaklah tepat. Karena, kata beliau, amal itu makhluk -- bukan Kholiq (pencipta).

Amal atau pekerjaan tidak bisa berbuat apa-apa. Tidak bisa memunculkan apa-apa.

“Kalau toh selama ini diamati, entah itu pakai ilmu sosial, ilmu apapun, ilmu eksat, ada sebab-akibat. Itu sebenarnya yang memunculkan akibat bukan sebab tadi. Menurut keyakinan iman lailahailallah. Sebab itu ciptaan Allah. Akibat juga ciptaan Allah."

Allah membuat sebab dan akibat beriringan. Bukan sebab yang menjadikan akibat. Bukan bekerja yang membuat orang menjadi sukses.

“Tapi bekerja itu ciptaan Allah. Sukses itu ciptaan Allah.”

Suatu ketika bisa saja Allah punya kehendak. Antara bekerja keras dan sukses tidak disambung.

Contoh. Ada orang yang mulai membuka usaha dari nol. Baru melangkah beberapa hari, Allah tidak ridho. Akhirnya tutup karena modal habis seketika.

“Itu artinya sebab sukses oleh Allah diputus.”

Di lain pihak, Allah memunculkan kesuksesan yang sebabnya dirahasiakan. Dalam artian tanpa diperhitungkan bisa sukses.

“Siapa to yang mengira kalau Gus Dur (Abdurahman Wahid) jadi presiden. Secara sebab politik tidak masuk hitungan. Kesehatan tidak mungkin. Di partai politik tidak jadi ketua. Ini secara hitungan tidak pantas jadi. Tapi kenapa bisa jadi presiden. Ini karena pemegang kekuasan itu Allah, bukan manusia.”

Segala sesuatu selain Allah, tidak bisa dijadikan pedoman. Selain Allah itu sifatnya berubah-ubah.

“Yang pasti itu cuma Allah.”

Kalau mau menggantungkan segala sesuatu, jangan selain ke Allah.

Kalau ada orang menggantungkan pada pekerjaan atau amal. Dampaknya akan tergantung-gantung. Terombang-ambing pada pekerjaan.

“Ada yang tanya? katanya suruh bekerja keras. Lha kok dibilang, bekerja itu tiada nilainya, tidak ada apa-apanya. Ini perlu diketahui, orang Islam itu diperintah Allah untuk bekerja. Amal itu bekerja, sholat itu bekerja, jualan di toko di pasar itu bekerja. Itu yang memerintah Allah.” 

Yang menentukan berhasil atau tidaknya Allah. Sepakat?

Selama ini. Dari kecil kita telah didoktrin. Misalnya. Kalau kamu tidak sekolah nanti besar mau jadi apa? Mau bisa makan dari mana?

Sampai nikah saja masih dituturi mertua. Kalau jadi suami ya bekerja. Kalau tidak, istrimu mau diberi makan apa?

"Ini lupa bahwa ada takdir dari Allah. Soal sukses, tidak sukses itu yang membagi Allah. Soal kerja itu sudah diperintah Allah.” (titahkita.com)

Tinggalkan Pesan di Kolom Komentar

SHARE KONTEN DAKWAH BERPAHALA
“Barang siapa yang menunjuki kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya." HR. Muslim no. 1893

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel