KH Imron Jamil Bedah Kerja dan Sukses, Sempat Singgung Gus Dur
Sep 28, 2017
Edit
KH Imron Jamil |
KH
Imron Jamil Bedah Kerja dan Sukses, Sempat Singgung Gus Dur
---
MUNGKIN.
Sudah
sejak dulu di antara kita beranggapan: kerja akan selalu membuahkan kesuksesan,
menghasilkan pundi-pundi rupiah.
Di
otak sudah terkonsep. Dengan kerja otomatis uangnya berlimpah ruah.
Anggapan
itu tidaklah salah. Bisa menjadi motivasi diri. Tapi apakah kerja pasti
membuahkan kesuksesan? Yang ukuran kesuksesannya adalah uang berlimpah. Itu
belum tentu.
KH
Imron Jamil membedah hal tersebut.
“Kalau
saya bekerja keras maka saya pasti akan sukses. Kalau saya beramal
sungguh-sungguh maka saya pasti masuk surga."
"Itu
namanya mengaitkan amal (perbuatan/pekerjaan) dengan hasil,” kata pengasuh
Pondok Pesantren Kyai Mojo, Jombang, Jawa Timur ini -- dalam video di Youtube.
Jika
hal tersebut dibenturkan dengan tauhid tidaklah tepat. Karena, kata beliau,
amal itu makhluk -- bukan Kholiq (pencipta).
Amal
atau pekerjaan tidak bisa berbuat apa-apa. Tidak bisa memunculkan apa-apa.
“Kalau
toh selama ini diamati, entah itu pakai ilmu sosial, ilmu apapun, ilmu eksat,
ada sebab-akibat. Itu sebenarnya yang memunculkan akibat bukan sebab tadi.
Menurut keyakinan iman lailahailallah. Sebab itu ciptaan Allah. Akibat juga
ciptaan Allah."
Allah
membuat sebab dan akibat beriringan. Bukan sebab yang menjadikan akibat. Bukan
bekerja yang membuat orang menjadi sukses.
“Tapi
bekerja itu ciptaan Allah. Sukses itu ciptaan Allah.”
Suatu
ketika bisa saja Allah punya kehendak. Antara bekerja keras dan sukses tidak
disambung.
Contoh.
Ada orang yang mulai membuka usaha dari nol. Baru melangkah beberapa hari,
Allah tidak ridho. Akhirnya tutup karena modal habis seketika.
“Itu
artinya sebab sukses oleh Allah diputus.”
Di
lain pihak, Allah memunculkan kesuksesan yang sebabnya dirahasiakan. Dalam
artian tanpa diperhitungkan bisa sukses.
“Siapa
to yang mengira kalau Gus Dur (Abdurahman Wahid) jadi presiden. Secara sebab
politik tidak masuk hitungan. Kesehatan tidak mungkin. Di partai politik tidak
jadi ketua. Ini secara hitungan tidak pantas jadi. Tapi kenapa bisa jadi
presiden. Ini karena pemegang kekuasan itu Allah, bukan manusia.”
Segala
sesuatu selain Allah, tidak bisa dijadikan pedoman. Selain Allah itu sifatnya
berubah-ubah.
“Yang
pasti itu cuma Allah.”
Kalau
mau menggantungkan segala sesuatu, jangan selain ke Allah.
Kalau
ada orang menggantungkan pada pekerjaan atau amal. Dampaknya akan
tergantung-gantung. Terombang-ambing pada pekerjaan.
“Ada
yang tanya? katanya suruh bekerja keras. Lha kok dibilang, bekerja itu tiada
nilainya, tidak ada apa-apanya. Ini perlu diketahui, orang Islam itu diperintah
Allah untuk bekerja. Amal itu bekerja, sholat itu bekerja, jualan di toko di
pasar itu bekerja. Itu yang memerintah Allah.”
Yang
menentukan berhasil atau tidaknya Allah. Sepakat?
Selama
ini. Dari kecil kita telah didoktrin. Misalnya. Kalau kamu tidak sekolah nanti
besar mau jadi apa? Mau bisa makan dari mana?
Sampai
nikah saja masih dituturi mertua. Kalau jadi suami ya bekerja. Kalau tidak,
istrimu mau diberi makan apa?
"Ini
lupa bahwa ada takdir dari Allah. Soal sukses, tidak sukses itu yang membagi
Allah. Soal kerja itu sudah diperintah Allah.” (titahkita.com)
Tinggalkan Pesan di Kolom Komentar
SHARE KONTEN DAKWAH BERPAHALA
“Barang siapa yang menunjuki kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya." HR. Muslim no. 1893
Tinggalkan Pesan di Kolom Komentar
SHARE KONTEN DAKWAH BERPAHALA
“Barang siapa yang menunjuki kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya." HR. Muslim no. 1893