Gus Baha: Cara Mikir Urusan Dunia agar tak Mudah Kecewa - TitahKita.com -->

Gus Baha: Cara Mikir Urusan Dunia agar tak Mudah Kecewa

Gus Baha
Gus Baha: Cara Mikir Urusan Dunia agar Tidak Mudah Kecewa 

---

HIDUP berharap banyak. Tapi realitanya yang didapat sedikit. Alhasil: tidak sesuai target. Rasa kecewa muncul.

Bleeek....Ndongkol di hati. Sedih. Marah. Menyesali diri.

Di awal, Gus Baha memberi penjelasan tentang pola pikir hidup.

Selengkapnya baca: Gus Baha: Cara Mikir Urusan Dunia agar Tidak Mudah Kecewa

Dikatakan, ulama dahulu dalam menghitung hidup itu hanya singkat sekali. 2 menit maupun 2 detik. Sehingga dibuat mudah.

"Ya Rasulallah. Kenapa tidak menyediakan makan untuk hidup besok?" celetus sahabat yang melontarkan pertanyaan.

Jawabnya:

"Saya tidak yakin, kalau hidup saya sampai besok."

Rasulallah: Nabi Muhammad SAW tenang. "Ya sudah tenang saja,” simpul Gus Baha.

Gus Baha memberikan gambaran. Kalau kita hidup membayangkan 4 tahun lagi, 5 tahun lagi, bisa memunculkan ketakutan. Misalnya takut tidak bisa makan.

"Jadi cara pikir nabi begitu. Begitu juga cara pikir sahabat. Cara pikir ulama begitu," jelasnya.

Gus Baha mengaku pernah hidup dalam keadaan minim saat di Yogyakarta.

Lho saya pernah melarat di Jogja, zaman pertama kali saya merantau,” aku Gus Baha.

"Gus kok tidak punya beras," tanya seseorang.

"Opo kowe yakin nek sesuk urip."

"Cara berpikir ulama begitu. Sehingga melihat maksiat juga begitu."

"Alhamdullilah aku ijih urip. 1 detik, 2 detik, 2 menit untuk bisa lafadzkan Lailahailallah."

Yang mengarang Hikam (kitab Hikam), Syekh Ahmad ibnu Muhammad Ibnu Atha’illah As-Sakandari menyebut betapa murahnya Allah. Surga itu bisa dibeli senilai LailahailallahMiftahul jannah Lailahailallah. Cukup satu menit, berarti harga surga hanya 1 menit."

"Dia ngitungnya hidup per menit. Kalau sampeyan kan tidak. Per 10 tahun, per 20 tahun. Sehingga kriminal betul cara pandang sampeyan. Kriminal betul," tandas Gus Baha.

“Sehingga kudu nduwe duit, kudu nduwe bojo. Nek dadi kyai kudu nduwe pengaruh. Kalau saya enggak. Meski saya tak sehebat itu, tapi mewarisi keilmuan mereka.”

"Misalnya saya jadi ulama. Membayangkan punya santri sedikit, Islam pokoknya tidak Ahmadiyah. Tidak membayangkan yang lain, yang khusuk atau santrinya banyak. Mengharapkan “salam templek". Nanti demen gelo (mudah kecewa),”

Dimisalkan.

Pulang dari Jogja. Membayangkan kalau ketika sudah sampai rumah, istrinya sudah macak (berias). Sudah membuatkan kopi. Sampai rumah dibukakan pintu.

"Gambaran idealnya orang kan begitu. Karena pikirannya ideal, maka mudah kecewa kalau itu tidak terjadi."

Nek kulo mboten, mbanyangno bojoku ijih utoh. Nek shalat madep ngulon. Ya sudah gitu saja. Pakai standar yang minimalis. Andaikan saya pakai standar maksimal, maka akan mudah kecewa.”

"Rasulallah juga begitu. Ngadepi Syayidah Aisyah, ngadepi Hasan Husain. Sehingga tidak ada cerita nabi mudah kecewa. Karena nabi membayangkan anak dan istrinya minimalis sekali, urusan dunia, minimalis.”

Misalnya Nabi pagi-pagi tanya.

“Ya Aisyah, apakah ada sarapan.”

“Ndak ya Rasulallah.”

Akhirnya Nabi memilih puasa. Sikap Nabi tetap tenang. Dibuat simpel. Minimalis. (titahkita.com)

SHARE KONTEN DAKWAH BERPAHALA

“Barang siapa yang menunjuki kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya." HR. Muslim no. 1893

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Gus Baha: Cara Mikir Urusan Dunia agar tak Mudah Kecewa"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel