Habib Novel: Kenapa Susah Dapat Duit?
Habib Novel Alaydrus |
Habib Novel: Kenapa Susah Dapat Duit?
KESUKSESAN bukan diukur dengan kekayaan. Kaya bukan ukuran hidup. Miskin bukan ukuran hidup.
Nah, baru kalau hidupnya susah, itu tidak sukses. Hidup bahagia itu yang sukses.
Itulah inti sedikit penggalang tausiah dari Habib Novel Alaydrus.
“Kamu miskin harus bahagia. Kamu kaya harus bahagia. Dalam segala keadaan harus bahagia. Nabi (Muhammad) SAW, tidak mau keluarganya susah,” tandasnya.
Maka atas hal itu, lanjut Habib, Nabi Muhammad berupaya. Bagaimana caranya menjadi ayah yang bertanggung jawab?
“Sampai sini jelas. Jadi tolak ukur kita selama ini benar atau salah dalam hidup? Jujuro,” tanyanya dalam ceramahnya yang di-upload di channel Youtube.
Jawabnya:
“Salah.”
“Makanya hidup kita banyak ruwet.”
Menjadi banyak ruwet, kata Habib, karena ukurannya salah.
“Jadi hidupnya ruwet, ruwet, ruwet. Coba kalau hidupnya tolak ukurnya Nabi Muhammad SAW,” terangnya.
Misalnya temanmu ada yang bertanya:
“Punya duit (baca: uang)?”
Jawabnya:
“Tidak,”
“Lho kamu (kok) bahagia,” sahutnya.
Jawabnya kembali:
“Lho cuma duit. Masak duit bikin saya mumet.”
Kembali dikatakan Habib:
“Mumet kok bab duit. Betapa rendahnya diriku. Bisa dibuat pusing sama duit. Biar duit yang pusing samaku. Kok bisa?”
BACA JUGA: Wedang Uwuh Kraton, Jaga Imun Anda
“Aku gak punya duit. Aku gak pusing. Duitnya yang pusing.”
Kenapa dia tidak pusing. Sementara yang lain pusing. Ingat! ketika kita cuek sama duit. Maka duitnya yang akan mengejar kita.
Cara menggaet duit. Bisa belajar dari wanita yang cantik di bawah ini.
Biasanya kalau perempuan cantik, jual mahal. Dan, biasanya minta diperhatikan ataupun dikejar.
Apalagi wanita cantik punya pangkat. Tambah jual mahal. Sangat mahal. Mahal sekali.
Kalau orang cantik itu berpapasan dengan seorang laki-laki, kira-kira mana yang mengejar? Matanya yang mengejar yang mana? “Laki-laki.”
“Tapi kalau ada laki-laki ganteng, cuek. (Wanita bisa) keok. Ngoyak-oyak.”
Perempuan yang jual mahal tadi itu, akhirnya ngelirik. Penasaran dengan laki-laki ganteng yang cuek. Ngejar si wanita ke laki-laki cuek itu.
“Jadi yang dikejar akhirnya siapa? Pria tampan yang cuek. Betul. Lha kenapa kamu susah dapat duit? Karena kamu ngejar-ngejar duit. Baru sadar?” tegas Habib Novel.
Hal di atas, duitnya dibaratkan dengan wanita yang cantik tadi.
Sementara itu habaib, kyai bersikap santai. Biar duit yang mengejarnya.
“Duitnya bingung. Iki menungso opo ki. Yang lain ngejar-ngejar aku. Kenapa dia (habaib dan kyai) cuek. Akhirnya duitnya menawarkan diri.”
Misalnya lagi. Ada seorang laki-laki ganteng sedang duduk. Bisa jadi si wanita malah bingung dan penuh tanda tanya dalam hati.
“Aku kok ora ditoleh yo,” batin si wanita.
Akhirnya wanitanya berusaha mendekat.
Sudah dirayu, tapi laki-lakinya tetap cuek. Akhirnya wanita tadi memanggil teman-teman yang lain.
“Aku melihat pria, tidak mengejar diriku. Coba kalau kamu (teman-teman wanita) deketi dia. Kamu kira-kira bisa tidak menggodanya.”
MasyaAllah. (Yang datang) 1, 10, 20, 100.
“Ini cuma contoh,” tandas Habib.
Habib dalam memberi pemahaman di atas, memakai permisalan dalam kehidupan sehari-hari. Bukan to the point ayat-ayat Al-Quran. Pakai contoh lebih mudah dipahami.
“Karena kita, kalau dikasih contoh ayat-ayat Al-Quran gak paham. Gak nyantol dalil-dalil. Makanya kyai-kyai dulu gak ngasih dalil, ayat-ayat gak ada.”
“Maaf ya. Maaf ya. Coba kamu pakai kepalamu sik rodo waras.”
“Kita lihat di TV. Ada guru ngajari anak play group, tafsir.”
“Anak-anakku tercinta, di dalam Tafsir Jalalain disebutkan begini. Dalam Tafsir Ibnu Kasir disebutkan begini,” cerita Habib.
“Kamu yang nonton, nganggep guru ini pintar atau stress?”
Habib kembali lagi menjelaskan soal duit.
“Kita lanjutkan (yang) tadi. Jadi cewek, kalau dikejar lari.”
Si wanita itu terkesan mahal.
“Begitulah dunia mempermainkan manusia. Begitulah duit mempermainkan manusia.”
“Jujuro. Kenapa kamu ruwet cari duit, mesti ukurane kuwi (golek duit). Gak cuek sama duit.”
“Saya itu belajar cuek sama duit sejak kecil. Belajar sampai sekarang. Belajar terus,” tandas Habib.
“Makanya kalau saya naruh uang itu semau-mau saya. Gletakno kono, gletakno kene. Cuek sama duit.”
Suatu waktu, Habib Novel mau bayar tukang Rp 25 juta. Tapi ternyata tidak punya duit.
Setelah buka-buka plastik ada duit Rp 40 juta. Itu uang hasil penjualan buku tiga bulan sebelumnya di Kalimantan.
Akhirnya secara tak sengaja, Habib Novel menemukan uang sejumlah itu. Sebagian untuk bayar tukang.
“Jangan mau kamu dijadikan
budaknya duit,” pesannya. (titahkita.com)
SHARE KONTEN DAKWAH BERPAHALA
0 Response to "Habib Novel: Kenapa Susah Dapat Duit?"
Post a Comment