Ketika 'Pembenci Ajaran' Nabi Dapat Remisi Siksa Kubur - TitahKita.com -->

Ketika 'Pembenci Ajaran' Nabi Dapat Remisi Siksa Kubur

Gus Yusuf

Ketika 'Pembenci Ajaran' Nabi Dapat Remisi Siksa Kubur

---

KITA sebagai umat Islam, kok bisa iman ke Nabi Muhammad SAW? Melihat saja belum. Berjumpa saja belum. Kita tidak hidup di zamannya.

"Niku nikmate hidayah saking Allah," tutur KH Muhammad Yusuf Chudlori yang merupakan Pengasuh Ponpes API Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah.

Ketika Allah memberikan hidayah, tidak ada satu pun yang dapat mencegahnya.


Ditandaskan, Abu Lahab memusihi kanjeng nabi (Nabi Muhammad) seumur hidup. Padahal Abu Lahab adalah pamannya.

Ia membenci perjuangan atau ajaran yang dibawa Nabi Muhammad dalam menyebarkan agama Islam di tanah Hijaz. Kebencian Abu Lahab diabadikan dalam Al-Quran Surah Al-Lahab.

"Celakalah kedua tangan Abu Lahab, dan binasalah ia. Tidak bisa mencukupinya harta maupun apa yang diusahakan olehnya. Kelak dia akan masuk ke dalam neraka yang menyala-nyala. Demikian juga istrinya sang membawa kayu bakar.” (Q.S. Al Lahab:1-4)

Ketika Abu Lahab meninggal, Abas bin Abdul Mutholib mendapat mimpi. Bahwa: di pojok kuburan, Abu Lahab babak belur.

Akhirnya Abu Lahab menjawab.

Pesan yang disampaikan: ketika di dunia tidak percaya dengan Nabi Muhammad. Tidak percaya dengan iman yang dibawa nabi akhir itu.

Di alam kubur, Abu Lahab "digebuki" malaikat tiap hari. Tapi kalau tiap hari Senin, mendapat keringanan siksa kubur. Diantara jari jemari juga muncul air yang jernih.

Begitu Magrib, sudah masuk hari Selasa, dalam kalender Hijriyah, digebuki kembali.

Rabu digebuki. Kamis. Jumat. Sabtu. Minggu juga serupa. Sampai hari kiamat. Kecuali hari Senin.

Tanya Abas ke Abu Lahab:

"Lha kok saget ngonten pak dhe?"

Jawabnya:

“Meski benci tapi aku seneng karo kelahirane."

Informasi kelahiran pada hari Senin, 12 Rabiul Awal, Tahun Gajah didapat dari budaknya. Yang bernama Tsuwaibah Al-Islamiyah.

Tsuwaibah merupakan salah seorang budak perempuan Abu Lahab bin Abdul Muthalib.

Tsuwaibah memiliki peran yang 'cukup strategis' ketika Nabi Muhammad baru saja dilahirkan. Dialah orang yang pertama kali memberikan kabar tentang kelahiran Nabi Muhammad.

Tsuwaibah juga mendapatkan berkah lainnya. Yaitu, menjadi ibu susuan Rasulullah. Hal tersebut tidak berlangsung lama. Hanya sampai Halimah dari Bani Saad datang.

"Juragan, ponaan njenengan pun lahir. Paringi asmo Muhammad."

Sebagai bentuk rasa syukur. Tsuwaibah dimerdekakan dari status budak.

"Tsuwaibah dimerdekake sebagai syukuran," jelas Gus Yusuf sapaan akrabnya sebagaimana disiarkan dalam tausiyah di radio Fast FM, Senin (1/11/2021) pagi.

"Lha niku dibebaske. Dino iki kowe bebas. Mergo (Abu Lahab) seneng."

Gembira. Lantas bersedekah di hari kelahiran Nabi Muhammad. Dampaknya, Abu Lahab diberi keringanan atau remisi siksa kubur.

"Semoga kulo sampeyan sing dimodali iman Islam, tambah seneng dengan Maulid Nabi," tandas Gus Yusuf.

"Mugo-mugo diparingi keringanan siksa kubur. Tekan besok dino kiamat. Diparingi syafaat."

"Nikmat Maulid Nabi di situ. Kafir saja senang dapat keringanan siksa kubur."

Dijelaskan, kelahiran nabi, nikmat seluruh alam. Nabi yang memberi tahu. Sehingga manusia setelahnya sampai sekarang mengenal Tuhannya.

"Kalau tidak ada nabi, kita tidak tahu yang namanya halal, yang namanya haram," tambahnya.

Kita di zaman sekarang harus bersyukur. Zaman jahiliyah, kalau ada anak yang lahir perempuan dianggap aib. Nabilah yang meluruskan.

Allah itu tidak melihat jenis kelaminnya. Warna kulitnya. Sukunya. Bangsanya.

"Yang mau dilihat hatinya."

Yang mengangkat derajat kaum perempuan Nabi Muhammad.

Diceritakan, saat itu, kalau hendak menginginkan perempuan bisa beli di pasar. Sampai rumah, kalau tidak cocok bisa dikembalikan.

Masa itu belum tahu dengan akad nikah. Yang meluruskan kemudian kanjeng nabi.

"Jalan yang benar harus ada wali, mahar, saksi. Itu semua yang ngajari kanjeng nabi."

Dikatakan, menikah harus diniati ibadah. Niat memperbanyak umat Nabi Muhammad.

"Jadi Maulud Nabi itu sebagai bentuk tasyakur kelahiran.”

“Kanjeng nabi siam tiap dino Senin."

Puasanya sebagai bentuk rasa syukur. Nabi memperingati tiap Senin. Kita setahun sekali dengan maulud nabi di bulan Rabiul Awal. Istilah di Jawa: Muludan.

Ditandaskannya, sehingga perlu juga, kita memperingati kelahiran kita.

“Kalau tidak tiap hari kelahiran, yo selapanan. 35 hari sekali. Itu asal muasal poso weton,” tandasnya.

“Hadistnya tidak ada. Niki dalil nakli. Sebagai bentuk tanda syukur. Niate poso tasyakuran.”

Dijelaskan juga, sebagai orang tua, hendaknya juga mendoakan putra-putrinya.

“Mbengi yo lek lekan. Di fatihahe ping 41 al-fatihah. Tiap malem,” kata Gus Yusuf.

Dijelaskan, barokah surat Al-Fatihah bisa menjadikan pikiran mudengan, atine manut. Dikandani manut.

"Lha njenengan cok fatihahi mboten?"

“Kalau anak tidak difatihahe, yo memper wani. Atine Atos. Dinasehat mlebu kuping kanan, keluar kuping kiwo.”

Kalau perlu, siangnya juga puasa. Jika tidak ada ikhtiar seperti itu untuk anaknya, lanjutnya, jangan berharap anaknya jadi.

“Ora tahu dipasani, kok pingin dadi, Kok gurih.”

“Wong tuwo soyo prihatin lik ndoakae, diprihatini, anake arep soyo mulyo.”

“Keris dibuat dari besi. Tapi kok banyak keris sekti. Jebule mergo dititakati.”

Semua harus diniatkan karena Allah.

Dihari kelahirannya, anak perlu disedekahi. Bancaan gawe sego keluban.

"Terke ning tanggane."

Dengan bancaan yang menjadi sedekah, bisa mempererat tali silaturahmi dengan tetangga.

“Ben dadi anak solih, solihah, anak perlu ditirakati, disedekahi.” (titahkita.com)

SHARE KONTEN DAKWAH BERPAHALA

“Barang siapa yang menunjuki kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya." HR. Muslim no. 1893

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Ketika 'Pembenci Ajaran' Nabi Dapat Remisi Siksa Kubur"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel